Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Terbebani Pound Sterling, Tekanan Emerging Market Batasi Koreksi Greenback

Penguatan mata uang pound sterling Inggris terus membebani gerak dolar AS pada perdagangan pagi ini, Kamis (6/9/2018). Meski demikian, pelemahan greenback dibatasi bertahannya kekhawatiran atas isu perdagangan global.
Karyawan memegang mata uang dolar AS di tempat penukaran valuta asing, Jakarta, Kamis (8/11/2017)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Karyawan memegang mata uang dolar AS di tempat penukaran valuta asing, Jakarta, Kamis (8/11/2017)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA – Penguatan mata uang pound sterling Inggris terus membebani gerak dolar AS pada perdagangan pagi ini, Kamis (6/9/2018). Meski demikian, pelemahan greenback dibatasi bertahannya kekhawatiran atas isu perdagangan global.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS, yang melacak pergerakan greenback terhadap sejumlah mata uang utama di dunia melemah 0,12% atau 0,115 poin ke level 95,069 pada pukul 10.40 WIB.

Sebelumnya indeks dolar dibuka turun 0,086 poin atau 0,09% di level 95,098, setelah pada perdagangan Rabu (5/9) berakhir melemah 0,27% atau 0,255 poin di posisi 95,184.

Sementara itu, nilai tukar pound sterling lanjut naik 0,03% ke posisi US$1,2909, setelah berakhir menguat 0,41% di level 1,2905 pada perdagangan Rabu.

Dilansir dari Reuters, penguatan pound sterling menjadi faktor atas pelemahan dolar AS menyusul laporan Bloomberg pada Rabu bahwa Inggris dan Jerman siap mengabaikan tuntutan kunci dalam negosiasi Brexit.

“Dolar AS terus menghadapi tekanan dari penguatan pound di tengah spekulasi terkini seputar Brexit. Masih harus dilihat berapa lama dorongan ini akan bertahan, tetapi ini memacu aksi beli kembali untuk mata uang lainnya di Eropa seperti euro dan franc Swiss untuk saat ini,” ujar Takuya Kanda, general manager di Gaitame.com Research, seperti dikutip Reuters.

Nilai tukar mata uang euro terhadap dolar AS pagi ini lanjut naik 0,03% ke US$1,1634, setelah berakhir menguat 0,41% di posisi 1,1630 kemarin.

Meski terkoreksi, dolar AS diperkirakan akan tetap mendapatkan dukungannya dalam jangka panjang, mengingat sifatnya sebagai safe haven di tengah pelemahan pada mata uang emerging market.

“Pound naik tapi penguatannya cenderung sementara. Euro juga naik berkat pound sterling, tetapi mata uang ini menghadapi tekanan kuat dalam isu fiskal di Italia dan krisis ekonomi di Turki,” ujar Junichi Ishikawa, pakar strategi valas di IG Securities.

“Dan dengan kekhawatiran perdagangan global kembali ke depannya, dolar AS akan mendapatkan keuntungan dari aliran dana dari pasar negara berkembang.”

Periode komentar publik tentang kemungkinan penerapan tarif baru oleh pemerintah AS untuk barang-barang tambahan senilai US$200 miliar asal China akan berakhir pada hari ini waktu setempat. Hal ini pun memicu kekhawatiran akan terjadinya eskalasi besar dalam perselisihan perdagangan China-AS.

Seperti diketahui, mata uang negara emerging market telah dilanda kekhawatiran bahwa konflik perdagangan global akan berdampak negatif pada perekonomiannya yang berorientasi ekspor.

Posisi indeks dolar AS                                                                        

6/9/2018

(Pk. 10.40 WIB)

95,069

(-0,12%)

5/9/2018

95,184

(-0,27%)

4/9/2018

95,439

(+0,31%)

3/9/2018

95,140

(0%)

31/8/2018

95,140

(+0,44%)

Sumber: Bloomberg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper