Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Artha Sekuritas: Ini 3 Penyebab IHSG Rontok

Tiga faktor dinilai menjadi penyebab jebloknya indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini.
Karyawan berkomunikasi di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (12/10)./JIBI-Nurul Hidayat
Karyawan berkomunikasi di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (12/10)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Tiga faktor dinilai menjadi penyebab jebloknya indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan Rabu (5/9/2018).

IHSG pada perdagangan Rabu (5/9/2018) ditutup anjlok 3,76% atau 221,80 poin ke level 5.683,50. Seluruh sektor pada IHSG ditutup melemah, dengan sektor konsumer mencatat pelemahan terdalam sebesar 4,17%, disusul sektor industri dasar yang melemah 3,99%.

Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali menjelaskan, dua dari ketiga faktor itu merupakan faktor eksternal dan satu berasal dari dalam negeri.

Faktor eksternal yang pertama adalah yield bond yang naik, sehingga untuk saat ini banyak dana di pasar saham beralih ke surat utang negara (SUN). "Karena bond lebih menjanjikan return yang tinggi," kata dia saat dihubungi Bisnis.com, Rabu (5/9/2018).

Faktor eksternal berikutnya adalah pelemahan nilai tukar rupiah dan mata uang negara emerging market lainnya terhadap dolar AS. Kondisi ini berdampak keluarnya dana asing dari pasar saham di negara-negara emerging market.

Adapun negara yang mengalami pelemahan mata uang diantaranya adalah Argentina, Iran, Afrika Selatan, dan Indonesia.

"Ini terjadi di semua negara, Indonesia bukan satu-satunya negara," sambungnya.

Adapun, faktor yang berasal dari dalam negeri adalah dampak dari ketegangan perang dagang yang melibatkan Amerika Serikat dengan beberapa negara. Menurut Frederik, kondisi ini berdampak ke Indonesia.

"Dengan perang dagang ini investor takut, dan dampaknya terasa di pasar saham banyak negara termasuk di kita," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Tegar Arief
Editor : Ana Noviani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper