Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasokan Menyusut, Komoditas Biji-bijian Rebound

Harga komoditas biji-bijian Chicago kembali rebound dari kemerosotan tajam pada sesi sebelumnya karena adanya ekspektasi penurunan produksi dari sejumlah negara pengekspor, dan cuaca buruk yang diprediksi dapat mengganggu produksi.
Ladang gandum/
Ladang gandum/
Bisnis.com, JAKARTA – Harga komoditas biji-bijian Chicago kembali rebound dari kemerosotan tajam pada sesi sebelumnya karena adanya ekspektasi penurunan produksi dari sejumlah negara pengekspor, dan cuaca buruk yang diprediksi dapat mengganggu produksi.
Pada perdagangan Rabu (5/9), harga gandum di Chicago Board of Trade (CBOT) tercatat mengalami kenaikan 1,75 poin atau 0,33% mejadi US$533,25 sen per bushel dan tercatat naik 18,56% sepanjang 2018. Pada sesi sebelumnya harga gandum melorot hingga 1,51%.
Selain itu, komoditas jagung juga menghijau 1 poin atau 0,27% menjadi US$369,25 sen per bushel dan tercatat naik 1,35% secara year-to-date (ytd).
Harga jagung melanjutkan kenaikan pada sesi sebelumnya dan mencatatkan harga tertinggi selama dua pekan karena curah hujan yang tinggi membuat tanaman tersebut terancam gagal panen di Amerika Serikat.
Kemudian, harga kedelai tercatat naik 2,25 poin atau 0,27% menjadi US$846,50 sen per bushel dengan penurunan secara ytd sebanyak 12,35%.
Untuk harga gandum, Kementerian Pertanian Rusia merasa belum perlu menerapkan pajak ekspor atau menahan ekspor komoditas biji-bijian itu, tetapi Rusia tengah menghadapi kekeringan parah sepanjang tahun ini yang membuat produksi komoditasnya biji-bijiannya terganggu.
“Kami tidak melihat akan ada penurunan harga untuk komoditas biji-bijian di Rusia karena panennya juga sedikit. Menurut saya, tren harga gandum saat ini sedang naik, kami juga melihat jumlah produksi di sejumlah negara pengekspor menyusut,” ujar Phin Ziebell, ekonom agribisnis National Australia Bank, dikutip dari Reuters Rabu (5/9).
Untuk jagung, curah hujan tinggi melanda wilayah Utara AS dalam sepekan terakhir dan diperkirakan akan berlanjut hingga beberapa waktu mendatang karena pergerakan badai tropis Gordon yang melewati seluruh ladang jagung, perlambatan pertumbuhan tanaman menghambat produksi pada musim ini.
“Badai tersebut membawa hujan lebat dalam sepekan terakhir dari Nebraska hingga Wisconsin dan Illinois Utara,” ungkap Andy Karst, ahli meteorologi World Weather Inc.
Dalam pasar kedelai, outlook komoditas tersebut masih dalam lingkungan bearish di tengah perang dagang antara AS dan China yang terus berlanjut. China hampir secara keseluruhan mengganti impor kedelainya dari AS ke kedelai Brasil dan sejumlah wilayah lain pada musim depan. Namun kemungkinan akan kehabisan persediaan minyak kedelai pada awal 2019.
“Impor kedelai dari AS diperkirakan akan merosot semakin dalam pada musim 2018/2019 yang dimulai pada bulan ini hingga hanya mencapai 700.000 ton,” kata Guo Yanchao, Wakil Kepala Jiusan Group. Perusahaan Jiusan merupakan salah satu pembeli jagung, kedelai, dan tepung kedelai CBOT. Jiusan juga merupakan penjual gandum dan minyak kedelai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper