Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Masih Dalam Tren Pelemahan, Rupiah Ditutup Terdepresiasi ke Rp14.938/US$

Nilai tukar tukar rupiah ditutup melemah 3 poin atau 0,02% ke level Rp14.938 per dolar AS, meskipun pada awal perdagangan dibuka di zona hijau dengan penguatn 0,06% di posisi Rp14.826.
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah berakhir melemah tipis pada perdagangan hari ini, Rabu (5/9/2018), meskipun sempat dibuka menguat.

Nilai tukar tukar rupiah ditutup melemah 3 poin atau 0,02% ke level Rp14.938 per dolar AS, meskipun pada awal perdagangan dibuka di zona hijau dengan penguatn 0,06% di posisi Rp14.826.

Mata uang Garuda telah melemah pada perdagangan hari ketujuh berturut-turut. Pada perdagangan kemarin, Selasa (4/9/2018), rupiah ditutup merosot 0,81% atau 120 poin ke level Rp14.935 per dolar AS.

“Meskipun dibuka menguat pagi ini, tetapi penguatan yang terjadi hanya sedikit ini masih menggambarkan bahwa rupiah masih berada dalam tekanan, dengan semakin mendekati level psikologis 15.000,” ujar Deddy Yusuf Siregar, analis Asia Trade Point Futures (ATPF) dalam laporan resminya, Rabu (5/9/2018).

“Pasar global khawatir terhadap dampak krisis Turki dan Argentina kepada negara-negara berkembang serta perang dagang yang kembali memanas, menjadi sentimen yang mampu terus mendorong penguatan dolar AS,” tambahnya.

Indeks dolar AS, yang melacak pergerakan greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, tercatat menguat 0,11% atau 0,109 poin ke level 95,548 pada pukul 17.03 WIB.

Sebelumnya, indeks dolar dibuka melemah 0,03% atau 0,031 poin ke level 95,408, setelah pada perdagangan Selasa (4/9/2018), indeks dolar ditutup menguat 0,31% di posisi 95,439.

Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS tidak hanya dialami Indonesia. Jebloknya nilai tukar mata uang juga disebut terjadi di sejumlah negara.

"Ini faktor eksternal yang bertubi-tubi baik yang berkaitan dengan kenaikan suku bunga di AS, baik yang berkaitan dengan perang dagang AS dan China, baik yang berkaitan dengan krisis di Turki dan Argentina," kata Jokowi di Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (5/9/2018).

Untuk mengantisipasi pelemahan rupiah, Presiden Jokowi mengatakan bahwa pemerintah sudah melalukan koordinasi di sektor fiskal, moneter, industri, dan pelaku-pelaku usaha.

Menurut dia, koordinasi yang kuat menjadi kunci agar berjalan segaris.

"Dan kuncinya ada dua, di investasi yang harus meningkat dan ekspor yang harus meningkat juga, sehingga kita bisa menyelesaikan defisit transaksi berjalan. Kalau ini selesai, itu akan menyelesaikan semuanya," kata Jokowi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper