Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

MNC Sekuritas: Depresiasi Rupiah Terus Bebani Pasar Obligasi

MNC Sekuritas memperkirakan bahwa pada perdagangan hari ini, Rabu (5/9/2018) harga Surat Utang Negara atau SUN berpotensi untuk mengalami pelemahan dengan masih dipengaruhi oleh faktor pergerakan nilai tukar rupiah.
Obligasi
Obligasi

Bisnis.com, JAKARTA--MNC Sekuritas memperkirakan bahwa pada perdagangan hari ini, Rabu (5/9/2018) harga Surat Utang Negara atau SUN berpotensi untuk mengalami pelemahan dengan masih dipengaruhi oleh faktor pergerakan nilai tukar rupiah.

I Made Adi Saputra, Kepala Divisi Riset Fixed Income MNC Sekuritas, mengatakan bahwa mata uang negara berkembang masih berpotensi mengalami pelemahan.

Hal ini terjadi seiring dengan menguatnya mata uang dolar Amerika Serikat di tengah meningkatnya permintaan terhadap dolar AS sebagai akibat dari kekhawatiran investor terhadap meluasnya konflik perang dagang antara pemerintah AS dengan China.

"Dengan kondisi masih berpeluangnya koreksi harga tersebut, maka kami sarankan kepada investor untuk memanfaatkan koreksi harga di pasar sekunder guna melakukan pembelian Surat Berharga Negara dengan tenor pendek dan menengah di mana kami melihatnya telah menawarkan tingkat imbal hasil yang menarik," katanya dalam riset harian, Rabu (5/9/2018).

Made melihat bahwa Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah masih memberikan tingkat imbal hasil yang menarik bagi investor dengan profil risiko yang masih terukur.

Hal ini didukung oleh faktor teknikal, di mana harga Surat Utang Negara telah berada di area jenuh jual (oversold) serta data inflasi domestik yang terkendali.

Beberapa pilihan di antaranya adalah ORI009, SR008, FR0069, FR0036, FR0043, FR0063, FR0070, FR0056 dan FR0059.

MNC Sekuritas: Depresiasi Rupiah Terus Bebani Pasar Obligasi

Pelemahan nilai tukar rupiah masih menjadi faktor pendorong kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin, Selasa (4/9/2018).

Kenaikan imbal hasil pada perdagangan kemarin berkisar antara 3 hingga 45 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sebesar 14 bps di mana kenaikan imbal hasil terjadi pada keseluruhan seri Surat Utang Negara.

Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami kenaikan berkisar antara 5 - 40 bps dengan didorong oleh adanya koreksi harga yang berkisar antara 10 - 95 bps.

Sementara itu, imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah mengalami kenaikan berkisar antara 5 - 45 bps yang didorong oleh adanya koreksi harga hingga sebesar 200 bps.

Adapun Surat Utang Negara dengan tenor panjang terlihat mengalami kenaikan hingga sebesar 40 bps dengan adanya koreksi harga hingga sebesar 350 bps.

Made mengatakan, berlanjutnya pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menjadi faktor utama yang mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara di pasar sekunder di tengah terkendalinya laju inflasi di bulan Agustus 2018.

Nilai tukar rupiah pada perdagangan kemarin mengalami pelemahan terbesar dibandingkan dengan mata uang regional yang juga bergerak melemah terhadap Dollar Amerika, yaitu mengalami pelemahan sebesar 120 pts (0,81%) pada level 14935,00 per Dollar Amerika.

Kekhawatiran investor terhadap potensi berlanjutnya pelemahan nilai tukar rupiah, mendorong investor untuk melakukan penjualan Surat Utang Negara di pasar sekunder.

Adapun dari pelaksanaan lelang Sukuk Negara, pemerintah meraup dana senilai Rp4,80 triliun dari jumlah penawaran yang masuk senilai Rp10,48 triliun.

Dengan koreksi harga yang terjadi pada perdagangan kemarin, imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 10 tahun dan 20 tahun mengalami kenaikan sebesar 9 bps masing - masing di level 8,34% dan 8,90%.

Adapun untuk seri acuan dengan tenor 5 tahun dan 15 tahun mengalami kenaikan sebesar 8 bps masing - masing di level 8,14% dan 8,51%.

Nilai tukar rupiah pada perdagangan kemarin ditutup pada level Rp14.935 per dolar AS, mengalami pelemahan sebesar 120 poin atau 0,81% dibandingkan dengan posisi penutupan sebelumnya.

Bergerak dengan mengalami pelemahan sejak awal sesi perdagangan, pergerakan nilai tukar rupiah terus melanjutkan pelemahan hingga berakhirnya sesi perdagangan dengan diperdagangkan pada kisaran Rp14.780 hingga Rp14.938 per dolar AS.

Pelemahan yang terjadi kemarin telah mendorong nilai tukar rupiah mengalami depresiasi sebesar 10,18% pada 2018.

Made mengatakan, secara teknikal, sinyal tren penurunan harga semakin kuat setelah terjadinya koreksi harga pada perdagangan kemarin.

Indikator teknikal menunjukkan bahwa keseluruhan tenor SUN berada pada tren penurunan harga, sehingga dalam jangka pendek pergerakan harga SUN masih berpeluang mengalami penurunan.

Kondisi tersebut juga didukung oleh masih berpeluang terjadinya pelemahan lanjutan terhadap nilai tukar rupiah.

Koreksi harga yang terjadi dalam beberapa hari terakhir juga telah mendorong harga SUN masuk pada area jenuh jual (oversold).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper