Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kekhawatiran Emerging Market Meningkat, IHSG Jatuh ke Level 5.700

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok lebih dari 3% ke dasar level 5.700 pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Rabu (5/9/2018), di tengah kekhawatiran pasar atas dampak pelemahan nilai tukar rupiah.
Karyawan melintas di gedung Bursa Efek Indonesia Jakarta, Kamis (27/7)./JIBI-Dwi Prasetya
Karyawan melintas di gedung Bursa Efek Indonesia Jakarta, Kamis (27/7)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok lebih dari 3% ke dasar level 5.700 pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Rabu (5/9/2018), di tengah kekhawatiran pasar atas dampak pelemahan nilai tukar rupiah.

IHSG anjlok 3,33% atau 196,42 poin ke level 5.708,88 pada akhir sesi I, setelah dibuka melemah 0,62% atau 36,52 poin di posisi 5.868,78.

Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak pada level 5.704,42 – 5.868,78.

Berdasarkan data Bloomberg, sebanyak 38 saham menguat, 376 saham melemah, dan 187 saham stagnan dari 601 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Seluruh sembilan indeks sektoral IHSG menetap di wilayah negatif dengan tekanan utama sektor tambang (-3,99%), konsumer (-3,62%), dan industri dasar (-3,44%).

Bersama IHSG, indeks saham lainnya di Asia Tenggara juga melemah siang ini, dengan indeks FTSE Straits Time Singapura (-0,78%), indeks SE Thailand (-0,73%), indeks FTSE Malay KLCI (-0,30%), dan indeks PSEi Filipina (-1,68%).

Adapun indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang masing-masing turun 0,47% dan 0,23%. Indeks Kospi Korea Selatan turun 0,25%, indeks Hang Seng Hong Kong melorot 1,65%, sedangkan indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China masing-masing melemah 0,89% dan 1%.

“Kekhawatiran atas meluasnya pergolakan pada emerging market semakin intensif dalam beberapa hari terakhir dan akar dari semua masalah ini adalah retorika perang perdagangan yang sedang berlangsung antara Amerika Serikat (AS) dan China,” ujar Raphon Prima, kepala riset di PT Nonghyup Korindo Securities Indonesia.

“Mengingat pelemahan pada pasar regional didorong oleh sentimen, investor akan mengabaikan faktor valuasi atau fundamental untuk saat ini,” tambahnya, seperti dikutip Bloomberg.

Bursa saham Filipina merosot menyusul laporan inflasi pada Agustus yang berakselerasi ke level tertinggi baru dalam sembilan tahun, mempaui estimasi para ekonom. Di sisi lain, anjloknya IHSG dipengaruhi kekhawatiran atas pelemahan rupiah terhadap pertumbuhan.

Nilai tukar rupiah di pasar spot terpantau masih bertahan di level Rp14.933 per dolar AS pada pukul 12.35 WIB berdasarkan data Bloomberg, setelah menguat tipis 2 poin atau 0,01%, dibandingkan dengan pelemahannya di level 14.935 pada akhir perdagangan Selasa (4/9).

Meski siang ini menguat tipis, nilai tukar rupiah tetap mendekati level Rp15.000 per dolar AS, rekor terendah sejak 1998.

Guru Besar Ekonomi Universitas Gadjah Mada, A Tony Prasetiantono mengungkapkan kurs rupiah saat ini merupakan dampak kekhawatiran yang berlebihan dari pergolakan krisis yang dialami sejumlah negara emerging market.

Namun menurutnya, situasi saat ini tidak perlu disikapi khawatir yang berlebihan karena berbeda dengan krisis yang dialami pada 1998.

Kepada awak media di Jakarta, seperti dilansir dari Bloomberg, Nanang Hendarsah, direktur eksekutif manajemen moneter Bank Indonesia (BI), mengatakan BI berkomitmen melakukan intervensi tegas untuk mengatasi volatilitas nilai tukar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper