Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Vale Indonesia (INCO) Bidik Harga Saham Rp5.000-an

Kondisi fundamental pasar nikel yang positif diperkirakan mendorong kinerja PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) sekaligus harga sahamnya.
Karyawati berkomunikasi di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (3/7/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Karyawati berkomunikasi di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (3/7/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Kondisi fundamental pasar nikel yang positif diperkirakan mendorong kinerja PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) sekaligus harga sahamnya.

Analis Samuel Sekuritas Arandi Ariantara dan Sharlita Malik dalam laporannya menyebutkan, pasar nikel global masih berada di dalam kondisi defisit sejumlah 22.000 ton sepanjang tahun berjalan (year-to-date/ ytd). Volume itu didapatkan dari selisih antara pasokan dan jumlah permintaan.

Secara ytd, rerata harga nikel berada di level US$13.098 per ton, naik 4,1% year-on-year (yoy). Sampai akhir 2018, diperkirakan rerata harga nikel menguat ke posisi US$13.500 per ton.

“Kami masih belum melihat adanya potensi peningkatan pasokan nikel global, sehingga estimasi defisit akan berlanjut dan mengangkat harga,” papar keduanya dalam riset, Senin (3/9/2018).

Saham utama terkait nikel yang paling prospektif menurutnya ialah INCO. Keduanya pun merekomendasikan beli dengan target harga Rp5.200.

Analis NH Korindo Sekuritas Firman Hidayat menyampaikan, 70% pasokan nikel global digunakan untuk industri baja. Penyerapan permintaan industri ini turut mengangkat harga jual produk INCO.

Rerata harga jual (average selling price/ ASP) nikel matte INCO pada kuartal II/2018 mencapai US$10.880 per ton, naik 10% quarter-on-quarter (qoq) dan 44,3% yoy. Per Juni 2018, perusahaan pun pendapatan US$374,61 juta pada semester I/2018, naik 28,34% yoy dari sebelumnya US$291,88 juta.
 
“Sampai akhir 2018, diperkirakan Vale Indonesia dapat membukukan pendapatan US$812 juta dan laba bersih US$93 juta,” paparnya.

Firman menargetkan saham INCO dapat mencapai Rp5.325 pada Desember 2018. Angka itu mencerminkan Price to Earning Ratio (PER) 30,6 kali.

Analis BCA Sekuritas Aditya Eka Prakasa juga memandang bullish komoditas nikel dan prospek INCO. Pada 2018—2019, rerata harga nikel diperkirakan berada di kisaran US$14.500—US$15.500 per ton.

Adapun, pendapatan INCO pada 2018 diperkirakan mencapai US$862 juta dengan laba bersih US$80 juta. Rekomendasi sahamnya pun direvisi menjadi beli, dari sebelumnya tahan, dengan target harga Rp5.560.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper