Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sentimen Eksternal Terus Seret IHSG Tinggalkan Level 6.000

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpeleset dari level 6.000 pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Senin (3/9/2018), di tengah pelemahan bursa Asia.
Karyawati berkomunikasi di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (3/7/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Karyawati berkomunikasi di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (3/7/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) terpeleset dari level 6.000 pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Senin (3/9/2018), di tengah pelemahan bursa Asia.

IHSG melemah 0,80% atau 48,27 poin ke level 5.970,19 pada akhir sesi I. Setelah sempat rebound ke zona hijau dengan dibuka naik 0,12% atau 6,95 poin di posisi 6.025,41 pagi tadi, indeks terpantau bergerak fluktuatif antara teritori positif dan negatif.

Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak pada level 5.968,12 – 6.026,91.

Berdasarkan data Bloomberg, sebanyak 133 saham menguat, 210 saham melemah, dan 258 saham stagnan dari 601 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Delapan dari sembilan indeks sektoral IHSG menetap di wilayah negatif dengan tekanan utama sektor industri dasar (-2,11%) dan aneka industri (-1,18%). Hanya sektor pertanian yang menetap di zona hijau dengan kenaikan tipis 0,06%.

Indeks saham lainnya di Asia Tenggara juga melemah siang ini, dengan indeks FTSE Straits Time Singapura (-0,36%), indeks SE Thailand (-0,08%), indeks FTSE Malay KLCI (-0,19%), dan indeks PSEi Filipina (-0,37%).

Sementara itu, indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang masing-masing melemah 1,02% dan 0,72%. Indeks Kospi Korea Selatan turun 0,77%, sedangkan indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China masing-masing melemah 0,99% dan 1,09%.

Secara keseluruhan, bursa Asia melemah saat investor mencermati dampak pembatasan perdagangan terhadap pertumbuhan ekonomi global setelah diskusi antara Amerika Serikat (AS) dan Kanada mandek.

Kiwoom Sekuritas Indonesia memaparkan, pergerakan IHSG hari ini masih dipengaruhi sentimen eksternal antara lain sentimen tarif dagang antara AS dan China, serta hasil perundingan antara AS-Kanada terkait perdagangan bebas Amerika Utara yang tidak mencapai kesepakatan.

“Selain faktor itu, Presiden Amerika Donald Trump menyatakan ingin melanjutkan rencana memberlakukan tarif pada $200 miliar kepada impor China,” jelas Maximilianus Nico Demus, Direktur Riset dan Investasi Kiwoom Sekuritas Indonesia.

Krisis keuangan di Turki dan Argentina juga masih menjadi fokus perhatian pasar saat ini. IMF menyatakan ‘dukungan penuh’ terhadap Argentina. Pada Selasa, Direktur IMF Christine Legarde dijadwalkan akan bertemu Menteri Keuangan Argentina.

Pada saat yang sama, pelemahan nilai tukar rupiah juga merupakan yang terburuk sejak 1998, dan masih akan berpotensi untuk turun sepanjang tahun ini.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah terpantau melemah 69 poin atau 0,47% ke level Rp14.779 per dolar AS pada pukul 12.03 WIB. Pelemahan rupiah dan sejumlah faktor eksternal seakan menutupi rilis data ekonomi hari ini.

Berdasarkan Nikkei Indonesia Manufacturing Purchasing Managers’ Index (PMI), indeks pada bulan kedelapan tahun ini berada di angka 51,9 atau naik dibandingkan Juli yang sebesar 50,5. Pada bulan sebelumnya, PMI hanya naik tipis dari 50,3 ke 50,5.

Aashna Dodhia, Ekonom IHS Markit, mengatakan pertumbuhan yang cukup signifikan ini didorong oleh permintaan dalam negeri yang berada dalam laju paling tinggi sejak Juli 2014, berdasarkan survei. Walaupun demikian, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menyebabkan pembengkakan biaya.

"Data pertumbuhan industri manufaktur pada Agustus 2018 mengindikasikan bahwa kesehatan sektor ini telah meningkat dalam kondisi yang paling baik dalam 2 tahun terakhir. Kondisi ini didorong permintaan, terkuat sejak Juli 2014 dan terlihat juga peningkatan serapan tenaga kerja," jelasnya., seperti dilansir Bisnis.com.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper