Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Soal Rencana Pembatasan Impor, Garuda Metalindo (BOLT) Klaim Bisnis Tidak Terganggu

Merespons rencana pembatasan impor yang didengungkan oleh pemerintah, emiten produsen komponen baut untuk otomotif PT Garuda Metalindo Tbk. memprediksi bisnis perseroan tidak akan berpengaruh signifikan.
Direktur Utama PT Garuda Metalindo Ervin Wijaya (tengah) berbincang dengan Direktur Lenny Wijaya (dari kiri), Komisaris Utama Herman Wijaya, Direktur Keuangan Anthony Wijaya, dan Komisaris Andree Wijaya, seusai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan perseroan,  di Jakarta, Kamis (12/4/2018)./JIBI-Endang Muchtar
Direktur Utama PT Garuda Metalindo Ervin Wijaya (tengah) berbincang dengan Direktur Lenny Wijaya (dari kiri), Komisaris Utama Herman Wijaya, Direktur Keuangan Anthony Wijaya, dan Komisaris Andree Wijaya, seusai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan perseroan, di Jakarta, Kamis (12/4/2018)./JIBI-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA – Merespons rencana pembatasan impor yang didengungkan oleh pemerintah, emiten produsen komponen baut untuk otomotif PT Garuda Metalindo Tbk. memprediksi bisnis perseroan tidak akan berpengaruh signifikan.

Direktur Utama Garuda Metalindo Ervin Wijaya menyampaikan dengan pembatasan impor tersebut, perseroan optimistis tetap dapat tumbuh karena kenaikan permintaan baik dari pasar domestik maupun pasar ekspor.

“Impor besi dan baja memang sudah diatur ketat oleh pemerintah agar tidak ada permainan harga seperti dumping. Untuk impor bahan baku, kami juga mendapatkan fasilitas bea masuk ditanggung pemerintah atau BMDTP,” ungkap Ervin di Jakarta, Rabu (29/8/2018).

Ervin menjelaskan perseroan mengimpor 100% kebutuhan bahan bakunya sehingga sangat bergantung pada pemasukan dari luar negeri. Bahan baku perseroan sulit untuk ditemukan di dalam negeri, terutama untuk pembuatan komponen kebutuhan OEM (Original Equipment Manufacturer).

Karena mengandalkan bahan baku impor, kinerja perseroan pada semester I/2018 pun mengalami koreksi dari sisi laba bersih. Apalagi, kenaikan harga bahan baku dibarengi oleh pelemahan nilai tukar rupiah.

Berdasarkan laporan keuangan perseroan, emiten dengan kode saham BOLT tersebut membukukan  penjualan sebesar Rp552,89 miliar atau  meningkat 12,96% dibandingkan dengan penjualan perseroan pada semester I/2017 yang sebesar Rp489,44 miliar.

Pada periode tersebut, perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp38,8 miliar, tergerus 33,4% dari periode sama tahun lalu yang sebesar Rp58,25%.

Anthony menjelaskan kenaikan bahan baku tidak dapat langsung diteruskan kepada pelanggan karena evaluasi harga dengan pembeli dilaksanakan 6—9 bulan sekali. Kondisi tersebut membuat perseroan harus menanggung beban kenaikan

“Untuk hedging, agak sulit karena dengan cost of hedging yang cukup tinggi, akhirnya kami harus mengeluarkan biaya yang sama,” jelas Anthony.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dara Aziliya
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper