Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indeks Dolar AS Menguat, Rupiah Ikut Loyo Bersama Sejumlah Mata Uang di Asia

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 64 poin atau 0,44% ke level Rp14.638 per dolar AS, setelah dibuka dengan depresiasi 46 poin atau 0,32% di posisi 14.620 pagi tadi.
Karyawati Bank BNI menghitung uang Rupiah, di Jakarta, Senin (3/4/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Karyawati Bank BNI menghitung uang Rupiah, di Jakarta, Senin (3/4/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah ditutup melemah pada akhir perdagangan hari ini, Kamis (23/8/2018), menyusul penguatan indeks dolar AS.

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 64 poin atau 0,44% ke level Rp14.638 per dolar AS, setelah dibuka dengan depresiasi 46 poin atau 0,32% di posisi 14.620 pagi tadi.

KURS RUPIAH 23 AGUSTUS: Pukul 15.56 WIB: Spot Ditutup Melemah 64 Poin

KURS JISDOR 23 AGUSTUS: Melemah ke Rp14.620, Rupiah Tertekan Penguatan Dolar AS

Sepanjang perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah bergerak pada level 14.620-14.639 per dolar AS.

Mata uang Garuda melemah setelah berakhir menguat 14 poin atau 0,1% di level 14.574 per dolar AS pada perdagangan Selasa (21/8/2018).

Bersama dengan rupiah, mata uang lain di kawasan Asia juga melemah, dipimpin oleh yuan China yang melemah 0,49%, rupee India yang melemah 0,37%. Adapun hanya peso Filipina yang menguat dengan apresiasi 0,03%.

Sementara itu, indeks dolar AS yang melacak pergerakan greenback terhadap enam mata uang utama dunia terpantau menguat 0,28% atau 0,263 ke level 95,409 pada pukul 16.45 WIB.

Sebelumnya indeks dolar dibuka rebound dengan penguatan 0,01 poin atau 0,01% di level 95,156, setelah pada perdagangan Rabu (22/8) ditutup melemah 0,12% atau 0,110 poin di posisi 95,146.

Dilansir Reuters, indeks dolar AS secara luas menguat setelah risalah pertemuan kebijakan terbaru Federal Reserve menunjukkan bank sentral AS berada di jalur untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut.

The Fed telah menaikkan suku dua kali tahun ini dan diperkirakan akan mengetatkan kebijakan lagi bulan depan setelah memberi jeda kenaikan suku bunga pada pertemuan terakhirnya.

Tetapi, pelaku pasar mengatakan tekanan politik pada Presiden AS Donald Trump dan kekhawatiran tentang perang perdagangan China-AS terus membebani dolar karena risalah Fed juga menunjukkan para pejabat memeriksa bagaimana perselisihan perdagangan global dapat mempengaruhi bisnis.

"The Fed tampaknya cukup khawatir tentang masalah perdagangan," kata Shinichiro Kadota, analis valas senior di Barclays, seperti dikutip Reuters.

"Jika kekhawatiran tersebut terus terwujud ... ekspektasi pasar untuk kenaikan suku bunga mungkin berubah tergantung pada hasil negosiasi perdagangan AS-China,” lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper