Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kekhawatiran Perang Dagang AS-China Surut, Dolar Tergelincir

Indeks dolar AS tergelincir seiring dengan berkurangnya permintaan terhadap aset safe haven dan aksi ambil untung (profit taking). Pasalnya, kekhawatiran tentang ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat dan China berkurang.
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA--Indeks dolar AS tergelincir seiring dengan berkurangnya permintaan terhadap aset safe haven dan aksi ambil untung (profit taking). Pasalnya, kekhawatiran tentang ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat dan China berkurang.

Pada penutupan perdagangan Jumat (17/8/2018) waktu setempat, indeks dolar AS (DXY) turun 0,56% menjadi 96,107. Indeks dolar AS merupakan perbandingan greenback terhadap 6 mata uang utama dunia.

Besar bobot masing-masing mata uang ditentukan oleh The Fed berdasarkan pengaruhnya terhadap perdagangan Amerika Serikat. Kebijakan ini belaku sejak 1973.

Bobot yang paling besar terhadap DXY adalah mata uang Euro sebesar 57,6%, disusul yen 13,6%, poundsterling 11,9%, dolar Kanada 9,1%, krona Swedia 4,2%, dan franc Swiss 3,6%.

Dikutip dari Reuters, Managing Director FX strategy BK Asset Management di New York Kathy Lien menyebutkan, dolar AS telah menjadi aset yang dicari investor sebagai safe haven. Karena itu, pembeliannya dalam beberapa bulan terakhir mengalami peningkatan.

"Akan tetapi, investor saat ini melakukan aksi jual seiring dengan berubahnya tensi perang dagang," tuturnya, Jumat (17/8/2018) waktu setempat.

Meningkatnya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan beberapa mitra dagang terbesarnya telah mendorong para trader untuk menjual mata uang negara berkembang. Di sisi lain, mereka mengambil mata uang AS.

Pada hari Jumat, lira Turki menghentikan rebound tiga hari, meluncur lebih dari 5% terhadap dolar AS karena kekhawatiran tentang ancaman sanksi ekonomi Amerika lebih besar, kecuali Turki menyerahkan pendeta injili AS Andrew Brunson.

Melemahnya dolar AS membuat euro rebound dari level terendah dalam 13 bulan terakhir, naik 0,59% menuju1,1442 per dolar AS.

Yen Jepang dan franc Swiss, yang cenderung naik pada saat ketegangan geopolitik dan keuangan, juga sedikit lebih tinggi pada hari ini. Dolar Kanada juga menguat karena lonjakan inflasi domestik memicu proyeksi kenaikan suku bunga Bank of Canada pada bulan depan.

Greenback turun 0,53% terhadap peso Meksiko, setelah Menteri Ekonomi Meksiko Ildefonso Guajardo mengatakan berharap untuk menyelesaikan permasalahan bilateral dengan dengan Amerika Serikat pada pekan depan, seputar renegosiasi Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Sumber : reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper