Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cadangan di Kilang AS Melambung, Harga Minyak Merosot

Harga minyak mentah merosot, tertekan oleh outlook ekonomi global yang memburuk dan laporan kenaikan cadangan minyak mentah AS.
Harga Minyak WTI/Reuters
Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak mentah merosot, tertekan oleh outlook ekonomi global yang memburuk dan laporan kenaikan cadangan minyak mentah AS.

Pada perdagangan Rabu (15/8/2018), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) merosot 0,27 poin atau 0,40% menjadi US$66,77 per barel dan tercatat naik 10,51% selama tahun berjalan.

Adapun, harga minyak Brent berada di posisi US$72,30 per barel, naik 0,16 poin atau 0,22% dari penutupan sesi perdagangan jari sebelumnya. Secara year-to-date (ytd), harga minyak Brent mengalami kenaikan sebanyak 8,12%.

Harga minyak tetap tergelincir meskipun AS telah menaruh sanksi kepada Teheran, yang dapat mengancam pasokan dari Iran.

"Sentimen berlapis antara outlook ekonomi global yang meradang dan berkembangnya kabar penyusutan pasokan dari Iran," ujar Stephen Brennock, analos pialang PVM Oil Associates, dikutip dari Reuters, Rabu (15/8/2018).

Data American Petroleum Institute (API) menyebutkan bahwa cadangan minyak mentah AS tercatat naik 3,7 juta barel pada pekan 10 Agustus menjadi 410,8 juta barel. Adapun, stok yang tersedia di Cushing, Oklahoma, pusat penyimpanan minyak AS tercatat naik 1,6 juta barel.

Data resmi cadangan minyak AS masih akan dirilis pada Rabu malam waktu AS oleh Energy Information Administration (EIA). Saat ini investor masih mengkhawatirkan soal kesehatan ekonomi dunia yang mulai terkena dampak dari peningkatan tensi perang dagang antara AS dan sejumlah negara rekanan dagangnya.

Indikator komposit OECD, yang meliputi ekonomi negara maju termasuk China, India, Rusia, Brasil, Indonesia, dan Afrika Selatan, memuncak pada Januari, tetapi kini semakin anjlok karena terkena dampak tren Mei dan Juni.

Berdasarkan data Netherlands Bureau for Economic Policy Analysis, pertumbuhan volume perdagangan dunia juga memuncak pada January hingga sekitar 5,7% secara year-on-year (yoy), tapi saat ini sudah kehilangan setengahnua menjadi kurang dari 3% pada Mei.

AS dan China telah melangsungkan saling balas tarif selama beberapa bulan belakangan, dengan secara bertahap menjatuhkan tarif pada masing-masing produk dalam perang dan saling mengancam untuk menahan aktivitas ekonomi antara keduanya.

Pengimpor minyak China saat ini terlihat semakin menjauh dari pembelian minuak mentah AS karena mereka takut Beijing akan menambahkan minyak mentah ke dalam daftar tarifnya ke AS.

Kompilasi data pelacak kapal Thomson Reuters Eikon menunjukkan belum ada satu tangki pun yang mengangkit minyak dari sekitar AS untuk dibawa ke China sejak awal Agustus. Data tersebut berbanding jauh dari pengiriman hingga 300.000 barel per hari pada Juni dan Juli.

Sementara itu, sejumlah investor kini mengawasi sanksi AS ke Teheran, yang diprediksi sejumlah analis akan menghapus 1 juta barel per hari pasoka  minyak mentah Iran dari pasar global tahun depan.

BMI Research menyatakan bahwa pasar minyak akan kesulitan untuk mengubah arah penjualan, karena dihadapkan dengan ketidakpastian dari sisi penyusutan pasokan Iran dan kenaikan tensi perang dagang antara AS dan China.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper