Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Capital Inflow SBN: Arus Masuk Asing Akan Minim

Analis menilai peluang bagi investor asing untuk masuk lebih agresif pada instrumen surat berharga negara (SBN) Indonesia sudah sangat terbatas bila menimbang tahun lalu mereka sudah masuk sangat besar dan tahun ini ada banyak sentimen negatif di pasar global.
Obligasi
Obligasi

Bisnis.com, JAKARTA — Analis menilai peluang bagi investor asing untuk masuk lebih agresif pada instrumen surat berharga negara (SBN) Indonesia sudah sangat terbatas bila menimbang tahun lalu mereka sudah masuk sangat besar dan tahun ini ada banyak sentimen negatif di pasar global.

Siswa Rizali, Presiden Direktur Asanusa Asset Management, mengatakan bahwa investor asing sudah masuk cukup agresif pada instrumen SBN sepanjang 2017 lalu, mencapai Rp170,34 triliun. Padahal, di saat yang sama mereka justru keluar dari pasar saham sebesar Rp39,9 triliun.

Menurutnya, sulit untuk berharap investor asing akan masuk kembali dengan nominal yang tinggi setelah jor-joran tahun lalu. Di sisi lain, gejolak eksternal yang meningkat justru membuat mereka lebih hati-hati untuk masuk, dan justru keluar dari pasar SBN Indonesia.

Siswa mengatakan, minat asing terhadap SBN sejatinya masih ada, sebab secara fundamental kondisi Indonesia cukup meyakinkan. Hanya saja, dengan gejolak eksternal dan volatilitas rupiah, mereka cenderung mengincar instrumen SBN valas, khususnya denominasi dollar AS.

“Pada kondisi awal krisis ini, investor global cenderung pukul rata, exit dari semua emerging market. Namun, setelah itu mereka lihat. Kalau Indonesia masih dilihat menarik, baru mereka akan balik lagi, atau cara lain adalah masuk pada instrumen valas-nya,” katanya, Selasa (15/8/2018).

Sementara itu, nilai tukar rupiah yang kembali tidak stabil menyebabkan investor asing cenderung akan lebih hati-hati untuk kembali masuk ke pasar SBN. Padahal, sepanjang Juli hingga awal Agustus, asing sudah menunjukkan minat untuk kembali masuk di pasar SBN setelah rupiah menunjukkan tanda-tanda stabilitas.

Siswa mengatakan, beberapa fund manager global mengambil posisi long pada emerging market dan overweight. Namun, beberapa di antaranya menunjukkan bobot investasi yang lebih besar pada instrumen dengan denominasi dollar Amerika Serikat.

“Jadi, mereka masuk SUN emerging market yang hard currency, alias valas dolar AS, Euro, Yen, dan lain-lain,” katanya.

Di sisi lain, pemerintah juga menyadari adanya tren penurunan minat asin pada instrumen surat berharga negara berdenominasi rupiah. Namun, alih-alih mengupayakan beragam cara untuk menarik minat asing, pemerintah justru ingin fokus memperdalam basis investor lokal.

Scheneider Siahaan, Direktur Strategi dan Portofolio Utang DJPPR Kementerian Keuangan, mengatakan bahwa pemerintah tetap membuka opsi untuk menerbitkan obligasi valas untuk menarik minat asing, tetapi kemungkinannya masih sangat kecil.

“Semua strategi selalu kita siapkan sampai worst case scenario pun kita siapkan. Namanya juga rencana, semua disiapkan untuk mengamankan APBN, tetapi probabilitasnya masih jauh lah, masih kecil sekali, karena kita situasinya sekarang masih kondusif,” katanya.

Menurutnya, pendapatan pemerintah masih cukup kuat untuk menopang APBN, bahkan cenderung meningkat dari meluasnya basis pajak dan dari pajak SDA. Pemerintah bahkan berencana memangkas target emisi SBN dari Rp822 triliun menjadi Rp799 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper