Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Defisit Neraca Perdagangan Melebar, IHSG Berbalik Melemah di Akhir Sesi I

IHSG merosot 1,38% atau 79,50 poin ke level 5.690,37 pada akhir sesi I, meskipun dibuka di zona hijau dengan penguatan 0,22% atau 12,51 poin di level 5.782,38.
Pengunjung mengamati papan monitor yang menunjukkan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa efek Indonesia, Jakarta, Rabu (11/7/2018)./JIBI-Dwi Prasetya
Pengunjung mengamati papan monitor yang menunjukkan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa efek Indonesia, Jakarta, Rabu (11/7/2018)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) berbalik melemah lebih dari 1% pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Rabu (15/8/2018).

IHSG merosot 1,38% atau 79,50 poin ke level 5.690,37 pada akhir sesi I, meskipun dibuka di zona hijau dengan penguatan 0,22% atau 12,51 poin di level 5.782,38.

Sepanjang perdagangan di sesi I hari ini, IHSG bergerak pada level 5.689,93 - 5.819,64.

Adapun sektor perdagangan dan konsumer yang masing-masing melemah 0,38% dan 0,02% menahan laju penguatan IHSG lebih lanjut pagi ini.

Berdasarkan data Bloomberg, sebanyak 98 saham menguat, 237 saham melemah, dan 263 saham stagnan dari 598 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang merosot 3,51% dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) yang melemah 2,97% menjadi penekan utama terhadap pelemahan IHSG di akhir sesi I.

Delapan dari sembilan indeks sektoral IHSG berada di teritori negatif dengan tekanan utama dari sektor finansial yang melemah 1,79%, disusul sektor industri dasar dengan pelemahan 1,74%.

Sementara itu, badan Pusat Statistik mencatat defisit neraca perdagangan Januari-Juli 2018 mencapai US$3,09 miliar. Defisit ini merupakan defisit terbesar sejak 2013 yang mencapai US$5,67 miliar.

Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto menuturkan defisit ini disebabkan oleh defisit neraca migas yang meningkat cukup signifikan pada periode Januari-Juli 2018 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

"Saya pikir gambaran ini menjadi warning dan pemerintah akan hati-hati ke depannya," ungkap Suhariyanto, Rabu (15/8).

Defisit neraca migas mencapai US$6,65 miliar pada Januari-Juli 2018, meningkat dibandingkan US$4,62 miliar pada Januari-Juli 2017.

Sementara itu, indeks saham di kawasan Asia Tenggara cenderung bergerak variatif siang ini, dengan indeks FTSE Malay KLCI menguat 0,09, indeks FTSE Straits Times melemah 0,28%, indeks SE Thailand melemah 0,65%, dan indeks PSEi Filipina menguat 0,19%.

Di Asia, indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang masing-masing melemah 0,93% dan 0,85%., indeks Hang Seng melemah 1,76%, sedangkan indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China masing-masing melemah 1,42% dan 1,71%.

DIlansir Reuters, bursa Asia melemah ke level terendah satu tahun pada karena pasar saham China yang melemah memperburuk sentimen investor yang telah tertekan oleh krisis Turki.

Indeks MSCI Asia Pacific di luar Jepang turun lebih dari 1 persen ke level terendah sejak Agustus 2017, setelah rebound 0,4% pada hari sebelumnya ketika lira Turki menunjukkan tanda-tanda stabil.

Tanda-tanda bahwa ekonomi China momentumnya serta konflik perdagangan dengan AS yang sedang berlangsung telah membebani ekuitas China.

"Investor cenderung fokus pada aspek negatif dari laporan emiten semester pertama, karena ada banyak pesimisme dan kehati-hatian di pasar yang jatuh," kata Linus Yip, analis Hong Kong First Shanghai Securities, seperti dikutip Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper