Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Obligasi: Pasar Dipengaruhi Lelang SUN, Krisis Turki, dan Intervensi BI

Mirae Asset Sekuritas memperkirakan bahwa hari ini, Selasa (14/8/2018) yield surat utang negara atau SUN secara umum diperkirakan cenderung bervariasi. 
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com
Bisnis.com, JAKARTA--Mirae Asset Sekuritas memperkirakan bahwa hari ini, Selasa (14/8/2018) yield surat utang negara atau SUN secara umum diperkirakan cenderung bervariasi. 
Dhian Karyantono, Analis Fixed Income Mirae Asset Sekuritas, mengatakan bahwa hal tersebut didorong oleh sentimen lelang SUN, kekhawatiran terkait krisis mata uang Turki, dan adanya kemungkinan intervensi Bank Indonesia di pasar valas maupun obligasi.
Dirinya memproyeksikan pergerakan harga dan yield seri-seri acuan SUN hari ini yakni [harga(yield)]:
FR0063 (15 Mei 2023):  91,50 (7,80%) -  92,00  (7,66%)
FR0064 (15 Mei 2028):  87,75 (7,95%) -  88,50  (7,83%)
FR0065 (15 Mei 2033):  86,00 (8,28%) -  87,00  (8,15%)
FR0075 (15 Mei 2038):  92,00 (8,33%) -  93,00  (8,22%).
"Dengan adanya kemungkinan intervensi BI, rupiah diperkirakan bergerak fluktuatif pada rentang Rp14.580 – Rp14.640 namun berpotensi menguat terbatas," katanya dalam riset harian, Selasa (14/8/2018).
Adapun pada perdagangan kemarin, sentimen dari krisis mata uang Turki mendorong yield SUN 10 tahun meningkat signifikan ke level tertinggi sejak Maret tahun lalu.
 
SUN pada perdagangan terakhir di pasar sekunder secara umum turun signfikan di mana rata-rata penurunan harga SUN tenor pendek adalah sebesar 17,86 bps sementara SUN tenor menengah dan panjang masing-masing mengalami rata-rata penurunan harga sebesar 107,16 bps dan 162,35 bps.
Dengan demikian, yield SUN khususnya tenor 10 tahun meningkat signifikan ke level 7,90% atau level tertinggi sejak Maret 2017.
Penurunan signifikan SUN (kenaikan yield) secara umum didorong oleh depresiasi signifikan rupiah terhadap dolar sebagai akibat dari meningkatnya kekhawatiran di tengah krisis mata uang Lira.
Rupiah terhadap dolar AS, berdasarkan Bloomberg spot, pada perdagangan terakhir melemah signifikan sebesar 0,82%  ke level Rp14,595.
"Dampak krisis mata uang Lira, menurut kami, terhadap pasar obligasi cenderung mirip dengan yang terjadi saat sentimen perang dagang dimulai pada periode awal kuartal II-2018 di mana dampaknya diperkirakan cenderung lama namun fluktuatif seiring juga adanya konflik politik antara AS dengan Turki," katanya.
Khusus untuk minggu ini, proyeksi pergerakan yield 10 tahun SUN direvisi meningkat menjadi sebesar 7,83% - 7,95% (sebelumnya 7,66% - 7,78%) di tengah minimnya sentimen positif dari domestik.
"Namun demikian, pergerakan yield tersebut tidak mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia sehingga SUN dalam kondisi harga atau yield saat ini cukup menarik untuk dibeli guna memperoleh capital gain dalam jangka pendek," katanya.
Sementara itu, di pasar global US dolar dan US Treasury cenderung stagnan seiring minimnya rilis data ekonomi AS di tengah kekhawatiran terkait dengan krisis mata uang Turki. 
Indeks dolar AS tidak banyak berubah sepanjang perdagangan global (semalam waktu Asia) di mana pergerakan indeks berada pada kisaran 96,30 poin sementara itu yield US Treasury khususnya tenor 10 tahun juga cenderung stagnan di level 2,87%. 
Pasar diperkirakan masih menanti perkembangan dari krisis mata uang Lira terutama terkait dengan kebijakan ekonomi Pemerintah Turki dan Bank Sentral Turki.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper