Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelemahan Lira Dongkrak Safe Haven, Bursa Asia Terbebani

Bursa saham Asia melemah, sedangkan nilai tukar euro menyentuh level terendah dalam satu tahun pada perdagangan pagi ini, Senin (13/8/2018), setelah berlanjutnya pelemahan mata uang lira Turki memicu permintaan mata uang safe haven, seperti dolar AS, franc Swiss, dan yen Jepang.
Bursa Asia MSCI/Reuters
Bursa Asia MSCI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia melemah, sedangkan nilai tukar euro menyentuh level terendah dalam satu tahun pada perdagangan pagi ini, Senin (13/8/2018), setelah berlanjutnya pelemahan mata uang lira Turki memicu permintaan mata uang safe haven, seperti dolar AS, franc Swiss, dan yen Jepang.

Dilansir Reuters, indeks Nikkei Jepang melorot 0,95% dan indeks MSCI Asia Pacific, selain Jepang, turun 0,3% saat indeks saham di kawasan tersebut memerah.

Nilai tukar euro bergerak lebih rendah setelah lira sempat tenggelam hingga mencapai level 7,24 terhadap dolar AS. Lira kemudian mampu sedikit naik menyentuh posisi 6,84.

Perbaikan gerak lira didukung pernyataan Menteri Keuangan Turki Berat Albayrak bahwa negara itu telah menyusun rencana langkah untuk meredakan kekhawatiran investor. Pada saat yang sama, pihak otoritas perbankan Turki menyatakan membatasi transaksi swap.

Lira telah melemah lebih dari 40% sepanjang tahun ini di tengah kekhawatiran atas meningkatnya kontrol Presiden Recep Tayyip Erdogan seputar ekonomi Turki berikut memburuknya hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat.

“Pelemahan pada lira yang dimulai pada bulan Mei sekarang terlihat pasti mendorong ekonomi Turki ke dalam resesi dan mungkin memicu krisis keuangan,” kata Andrew Kenningham, kepala ekonom global di Capital Economics.

“Ini akan menjadi pukulan lain bagi EM (emerging market) sebagai kelas aset,” tambahnya, dikutip Reuters.

Kenningham mencatat produk domestik bruto tahunan Turki sekitar US$900 miliar, hanya 1% dari ekonomi global dan sedikit lebih kecil dibandingkan dengan Belanda.

Sementara itu, lanjutnya, pasar ekuitas Turki hanya kurang dari 2% dari ukuran pasar Inggris. “Meskipun demikian, permasalahan yang dialami Turki adalah pukulan lebih lanjut untuk euro dan bukan pula kabar baik bagi aset-aset EM."

Terhadap dolar AS, euro menyentuh level terendah sejak Juli 2017 di US$1,13715. Posisi terakhir euro dikabarkan mencapai US$1,1392, tetapi masih jauh dari puncaknya yang dibukukan pekan lalu di US$1,1628.

Di sisi lain, meski melemah terhadap yen Jepang ke posisi 110,65,  dolar AS cenderung menguat terhadap sejumlah mata uang utama lain dengan mencapai posisi 96,388.

Mata uang peso Argentina dan rand Afrika Selatan juga terperangkap dalam dampak pelemahan lira.

“Risiko terseret terjadi pada bank-bank di Spanyol, Italia, dan Prancis yang terekspos utang mata uang asing Turki, serta Argentina dan Afrika Selatan,” papar analis ANZ.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper