Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

C-BEST Next-G: Menyambut Transaksi yang Semakin Smooth di Pasar Modal

Pelaku pasar modal kini boleh bernafas lega setelah Kustodian Sentral Efek Indonesia atau KSEI resmi meluncurkan C-BEST Next Generation sebab tidak akan ada lagi ketersendatan dalam penyelesaian transaksi di pasar sehari-hari seperti yang kerap terjadi selama ini.
Direktur Utama PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Friderica Widyasari Dewi memberi sambutan dalam perayaan 20 tahun berdirinya KSEI, di Jakarta, Rabu (24/1)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Direktur Utama PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Friderica Widyasari Dewi memberi sambutan dalam perayaan 20 tahun berdirinya KSEI, di Jakarta, Rabu (24/1)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA--Pelaku pasar modal kini boleh bernafas lega setelah Kustodian Sentral Efek Indonesia atau KSEI resmi meluncurkan C-BEST Next Generation sebab tidak akan ada lagi ketersendatan dalam penyelesaian transaksi di pasar sehari-hari seperti yang kerap terjadi selama ini.

OJK bersama KSEI telah resmi meluncurkan infrastruktur baru ini di Bursa Efek Indonesia pada Rabu (8/8). C-BEST merupakan singkatan dari The Central Depository and Book Entry Settlement System, atau platform eletronik terpadu yang mendukung aktivitas penyelesaian transaksi efek secara pemindahbukuan.

Sistem ini sudah dipakai sejak tahun 2000 saat implementasi perdagangan tanpa warkat atau scripless. Setelah 18 tahun berlalu, sistem C-BEST lama tersebut kini diganti dengan sistem generasi baru, atau C-BEST Next Generation (C-BEST Next-G).

Penyempurnaan infrastruktur KSEI ini melengkapi penyempurnaan sistem yang lebih dahulu dilakukan oleh BEI dengan JATS Next-G, serta KPEI dengan E-Clears. Dengan demikian, pasar modal Indonesia kini memiliki infrastruktur mapan dan dapat diandalkan.

Syafruddin, Direktur KSEI, mengatakan bahwa inisiatif sistem baru ini sudah dimulai sejak 2012, tetapi proses persiapannya sangat panjang sebab menyangkut sistem yang rumit. Namun, sistem baru ini penting sebab sistem yang lama mulai kewalahan menanggung beban yang makin tinggi.

Sejak 2012, jumlah investor berdasarkan single investor identification (SID) meningkat 387% dari 281.256 menjadi 1,37 juta per akhir Juli 2018. Penyelesaian transaksi bursa meningkat dari 29,94 juta pada 2012 menjadi 74,37 juta pada 2017.

Hingga akhir Juli 2018, frekuensinya sudah 54,15 juta, atau 73% dari jumlah setahun penuh 2017. Lonjakan ini menyebabkan kapasitas C-BEST lama yang hanya mampu menanggung 3.000 penyelesaian transaksi per menit menjadi tidak lagi memadai.

C-BEST Next-G: Menyambut Transaksi yang Semakin Smooth di Pasar Modal

Hadirnya C-BEST Next-G menjadi solusi sebab mampu menanggung 20.000 transaksi per menit dengan subrekening efek (SRE) yang dapat ditangani mencapai 25 juta, dan investor 12,5 juta.

Sistem ini siap menampung peningkatan jumlah dan jenis produk di pasar modal, jumlah investor, serta volume dan frekuensi transaksi di masa depan.

“Kita harapkan sistem ini akan cukup leluasa untuk menangani atau mengantisipasi pertumbuhan market di masa depan,” katanya dalam pemaparan usai peluncuran C-BEST Next-G.

C-BEST Next-G ini juga dilengkapi sejumlah fitur baru yang dipersiapkan untuk pengembangan pasar di masa depan.

Fitur baru tersebut yakni SRE margin dan SRE syariah, perpindahan efek antar SRE atas investor yang sama, efek surat berharga perpetual, dan electronic prematching untuk mendukung implementasi siklus penyelesaian transaksi T+2.

Hoesen, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, mengatakan bahwa pertumbuhan pasar modal Indonesia saat ini sudah sangat cepat, tetapi tidak akan mampu bertahan bila tidak disertai kesediaan infrastruktur pendukung yang memadai.

Dalam lima tahun terakhir, IHSG tumbuh 42,7% dan kapitalisasi pasar meningkat 63%. Frekuensi dan volume transaksi meningkat masing-masing 44% dan 14%. Pertumbuhan SID saham dalam 6 tahun mencapai 158% menjadi 726.640, SID reksadana 135% menjadi 755.000, dan SID SBN 37% menjadi 145.000.

Infrastruktur yang dipakai perlu mengadopsi teknologi yang terbaru dan standar yang berlaku internasional sehingga memungkinkan pengembangan dilakukan secara berkelanjutan. Pembaruan C-BEST penting mengingat peran KSEI yang makin meluas hingga ke pasar uang.

Hoesen mengatakan, saat ini OJK bersama SRO terus bekerjasama untuk mengembangan infrastruktur pasar modal agar sejalan dengan arah kebijakan strategis OJK dan selaras dengan kebutuhan pasar.

Infrastruktur tersebut antara lain perusahaan efek daerah, siklus penyelesaian transaksi T+2, pengembangan e-proxy, tri-party repo, dan infrastruktur tabungan perumahan rakyat (tapera).

Friderica Widyasari Dewi, Direktur Utama KSEI, mengatakan bahwa KSEI menujuk Nasdaq sebagai penyedia teknologi dan pengembangan sistem bagi C-BEST Next-G setelah melewati proses seleksi ketat.

Nasdaq dipilih sejak 17 Oktober 2014 sebab dinilai sangat berpengalaman sebagai penyedia teknologi dan telah mengembangkan sistem bagi industri pasar modal utama dunia, termasuk mengembangan sistem post-trade untuk central securities depository (CDS).

“Melihat komitmen Nasdaq, kami sangat yakin kami tidak salah memilih partner dalam sistem pengembangan KSEI ini,” katanya.

Hadirnya infrastruktur baru ini tentu akan membawa pasar modal Indonesia menjadi semakin berkualitas dan terpercaya di mata investor lokal dan internasional, apalagi dengan hadirnya parner-parner besar seperti Nasdaq. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper