Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minyak Mentah Bergerak di Kisaran US$69 per Barel

Minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman September menguat 0,09% atau 0,06 poin ke level US$69,23 per barel, setelah ditutup di level US$69,17 pada perdagangan kemarin.
Harga Minyak WTI/Reuters
Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah Amerika Serikat bergerak pada kisaran US$69 per barel pada perdagangan Rabu (8/8/2018) setelah dimulainya kembali sanksi AS terhadap Iran yang mengancam berkurangnya pasokan di saat cadangan minyak AS menurun.

Minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman September menguat 0,09% atau 0,06 poin ke level US$69,23 per barel, setelah ditutup di level US$69,17 pada perdagangan kemarin.

Sementara itu, minyak Brent untuk pengiriman Oktober melemah 0,04% atau 0,03 poin ke level US$4,62 per barel di bursa ICE Futures Europe yang berbasis di London. Brent sebelumnya ditutup menguat 0,9 poin ke level US$74,65

Harga minyak mentah sempat naik tipis level penutupan Selasa di level tertinggi dalam sepekan terakhir. American Petroleum Institute melaporkan stok minyak mentah AS 6,02 juta barel pekan lalu, sementara persediaan bensin naik 3,11 juta barel.

Angka kenaikan bensin ini akan menjadi yang pertama sejak akhir Juni jika data Energy Information Administration menegaskannya.

"Penyuling minyak di AS sedang bekerja keras,” kata Kyle Cooper, konsultan di ION Energy, seperti dikutip Bloomberg. "Dibutuhkan banyak minyak mentah untuk melakukannya dan mereka memiliki banyak produk yang keluar juga."

“Kenaikan pasokan bensin akan menjadi pengingat bahwa masa peningkatan permintaan di musim panas akan segera berakhir," lanjutnya.

Sementara itu, investor masih tetap fokus pada produksi Arab Saudi dan dampak sanksi AS terhadap Iran.

Minyak mentah AS bergerak dengan rentang di bawah US$3 sejak bulan ini setelah turun lebih dari 7% pada Juli karena perselisihan perdagangan AS-China memicu kekhawatiran tentang melemahnya permintaan energi.

Sementara itu, peningkatan output minyak OPEC tidak akan cukup untuk mengimbangi kerugian pasokan Iran yang akan segera terjadi, ungkap analis di Australia & New Zealand Banking Group Ltd.

"Ada berbagai perkiraan tentang berapa banyak ekspor Iran akan menurun dan banyak ketidakpastian tentang berapa banyak minyak di Saudi yang akan meningkat. Pelaku pasar menunggu data aktual," kata Michael Lynch, presiden Strategic Energy & Economic Research     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper