Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mirae Asset Sekuritas: Sejumlah Faktor Menekan Harga SUN

Mirae Asset Sekuritas memperkirakan yield surat utang negara atau SUN hari ini, Rabu (8/8/2018) akan cenderung meningkat terbatas, artinya harga SUN akan menurun terbatas. 
SURAT UTANG NEGARA
SURAT UTANG NEGARA

Bisnis.com, JAKARTA--Mirae Asset Sekuritas memperkirakan yield surat utang negara atau SUN hari ini, Rabu (8/8/2018) akan cenderung meningkat terbatas, artinya harga SUN akan menurun terbatas. 

Dhian Karyantono, Analis Fixed Income Mirae Asset Sekuritas mengatakan bahwa hal tersebut didorong oleh beberapa faktor.

"Di antaranya meningkatnya kekhawatiran terkait perang dagang setelah lemerintah AS merilis daftar 279 produk Tiongkok yang akan dikenakan tarif impor, meningkatnya yield US Treasury pada perdagangan terakhir, dan turunnya cadangan devisa Indonesia per Juli 2018," katanya dalam riset harian, Rabu (8/8/2018).

Berikut ini proyeksi pergerakan harga dan yield seri-seri acuan SUN pada hari ini [harga(yield)]:

FR0063 (15 Mei 2023): 92,10 (7,63%) -  92,35  (7,56%) 
FR0064 (15 Mei 2028): 88,45 (7,84%) -  89,00  (7,75%)
FR0065 (15 Mei 2033): 87,40 (8,10%) -  87,90  (8,04%)
FR0075 (15 Mei 2038): 93,50 (8,17%) -  93,80  (8,13%)

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berpotensi melemah terbatas pada rentang Rp14.440 – Rp14.485 per dolar AS.

Sementara itu, pada perdagangan kemarin, sentimen positif rilis data pertumbuhan ekonomi masih terasa, sehingga harga SUN secara umum menguat pada perdagangan terakhir.

Harga SUN pada perdagangan terakhir ditutup menguat di mana rata-rata penguatan harga pada SUN tenor pendek sebesar 15,03 bps sementara untuk SUN tenor menengah dan panjang masing-masing mengalami rata-rata penguatan harga sebesar 24,92 bps dan 74,70 bps. 

Dengan demikian, seiring pergerakan yang   berlawanan antara harga dan yield, yield SUN khususnya tenor 10 tahun ditutup menurun ke 7,73%. 

Sentimen positif kemarin masih berasal dari rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia yang memicu apresiasi lanjutan rupiah sebesar 0,3% ke level Rp14.440 sehingga pada akhirnya mendorong turunnya yield. 

Sementara itu, sentimen positif dari data domestik juga mendorong suksesnya lelang sukuk pemerintah  di mana pemerintah menyerap dana segar sebesar Rp5,17 triliun (di atas target sebesar Rp4 triliun) dari total tingkat  incoming bids yang mencapai Rp10,90 triliun atau sedikit di atas lelang sukuk pemerintah sebelumnya  sebesar Rp9,98 triliun.

Rincian dari rata-rata yield tertimbang yang dimenangkan adalah  sebagai berikut:

SPN-S 08022019 (New Issuance, 8 February 2019): 6.23713%
SPN-S 08052019 (New Issuance, 8 May 2019): 6.46875% 
PBS016 (Reopening, 15 March 2020): 7.51984%
PBS002 (Reopening, 15 January 2022): 7.66000%
PBS012 (Reopening, 15 November 2031): 8.53958%
PBS015 (Reopening, 15 July 2047): 8.76295%

Adanya lelang sukuk pemerintah dan pergerakan positif SUN juga mendorong naiknya nominal transaksi obligasi pemerintah di pasar sekunder sebesar 1,84 triliun menjadi sebesar Rp10,4 triliun. 

Sementara itu, rilis data cadangan devisa per Juli 2018 menunjukkan penurunan ke level $118,3 miliar yang utamanya didorong oleh penggunaan devisa guna stabilisasi nilai tukar rupiah. Meski menurun, cadangan devisa tersebut masih di atas standar kecukupan internasional.

Di pasar global, minat terhadap aset-aset safe haven cenderung rendah selama perdagangan global.

Penurunan minat terhadap aset safe haven tersebut tercermin dari kenaikan yield US Treasury khususnya tenor 10 tahun ke level 2,97%, dibandingkan dengan hari sebelumnya. 

Sementara itu, nilai tukar dolar AS terhadap beberapa mata uang global juga cenderung melemah yang tercermin dari turunnya indeks dolar AS ke level 95,19 poin. 

Hal tersebut utamanya didorong oleh meredanya isu perang dagang selama perdagangan global khususnya AS di tengah  sentimen dari rilis data jumlah lowongan pekerjaan AS (JOLTs) yang meningkat menjadi sebesar 6,66 juta lowongan atau sedikit di atas  ekspektasi pasar sebesar 6,65 juta lowongan. 

Namun demikian, sentimen perang dagang nampaknya akan berpengaruh kepada perdagangan di Asia khususnya Indonesia di mana  setelah  penutupan bursa AS, Pemerintah AS merilis daftar 279 produk Tiongkok senilai $16 miliar yang akan dikenakan tarif impor sebesar 25% dan berlaku mulai 23 Agustus 2018. 

Sementara itu, harga minyak mentah dunia (kategori WTI) meningkat tipis ke level $69,15 per barel yang utamanya didorong oleh  kekhawatiran pasar terhadap kemungkinan menurunnya supply pasca dimulainya sanksi ekonomi Iran oleh AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper