Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jika Sanksi AS ke Iran Berlaku Penuh, Ini Prediksi Harga Minyak Dunia

Perkembangan sanksi Amerika Serikat terhadap Iran akan segera memberi pukulan bagi penjualan minyak Teheran ke luar negeri, dan akan membawa harga patokan kontrak minyak global kembali memuncak.
Harga Minyak WTI/Reuters
Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Perkembangan sanksi Amerika Serikat terhadap Iran akan segera memberi pukulan bagi penjualan minyak Teheran ke luar negeri, dan akan membawa harga patokan kontrak minyak global kembali memuncak.

Ronde pertama pembaruan sanksi AS yang mulai diberlakukan pada Selasa (7/8) tengah malam waktu Washington, berpotensi menjadikan industri minyak Iran sebagai target, dan diperkirakan baru akan memberikan dampak pada awal November mendatang.

“Semakin kita menuju ke kuartal akhir tahun ini, maka kita juga akan melihat risiko harga minyak [Brent] bisa kembali naik ke kisaran US$80-an per barel bahkan berpotensi menyentuh US$90 per barel, hal tersebut tergantung oleh seberapa besar penyusutan produksi dari Iran setelah terkena tarif,” ujar Amrita Sen, Kepala Analis Minyak di Energy Aspects, dilansir dari Reuters, Selasa (7/8/2018).

Harga minyak Brent diperdagangkan mendekati posisi US$74 per barel, sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) berdiri di bawah US$70 per barel.

“Banyak yang mengira China bisa saja membeli seluruh produksi minyak Iran, tapi kemudian pihak China muncul dan mengatakan bahwa mereka tidak akan mengurangi maupun menambah konsumsinya. Kemungkinan kita akan melihat krisis dari segi penyusutan pasokan di pasar, yang bisa membawa harga menjulang,” tambah Sen.

Sanksi AS yang baru akan memangkas pasokan minyak global. Terakhir kali Iran terkena sanksi, Negara Republik islam tersebut kehilangan ½ dari keseluruhan ekspornya, yang saat ini sudah kembali ke jumlah 2,4  jura barel per hari.

Banyak analis yang mengatakan bahwa saat ini, dampak negatif dari perdagangan minyak Iran tidak akan terlalu berpengaruh, dan Iran hanya akan kehilangan ½ dari posisi sebelumnya.

Sementara itu, negara produsen minyak utama lainnya berencana menambah produksinya. Pada Juli ini, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), Rusia, dan negara produsen utama lainnya akan meningkatkan hasil produksi minyaknya karena takut mengalami defisit pasokan di pasar.

Negara-negara OPEC+ berjanji akan meninkatkan produksinya hingga 1 juta barel per hari. Dari tambahan produksi tersebut, Rusia  berencana menambahkan lagi hingga 200.000 barel per hari.

Untuk harga minyak WTI, Analis PT Monex Investondo Futures Putu Agus Pransuamitra menuturkan bahwa sanksi AS ke Iran membawa sentimen positif bagi harga minyak mentah.

“Jika kembali menguat dan menembus ke area US$69,80 per barel, maka harga minyak mentah [WTI] berpotensi naik lebih lanjut ke area US$70,30 per barel,” ujar Putu, memproyeksikan harga minyak WTI untuk jangka pendek, dikutip Bisnis dalam laporan hariannya, Selasa (7/8/2018).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper