Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Asing Mulai Percaya Diri, Aksi Beli SUN Tertinggi sejak Maret

Pergerakan rupiah yang mulai stabil seiring dengan meredanya gejolak eksternal dan langkah intervensi Bank Indonesia mulai membangkitkan kepercayaan diri investor asing untuk kembali masuk ke pasar saham dan surat berharga negara (SBN) Indonesia pada awal semester kedua.
Transaksi asing di pasar obligasi dan saham sepanjang tahun 2018./Bisnis-Tri Utomo
Transaksi asing di pasar obligasi dan saham sepanjang tahun 2018./Bisnis-Tri Utomo

Bisnis.com, JAKARTA — Pergerakan rupiah yang mulai stabil seiring dengan meredanya gejolak eksternal dan langkah intervensi Bank Indonesia mulai membangkitkan kepercayaan diri investor asing untuk kembali masuk ke pasar saham dan surat berharga negara (SBN) Indonesia pada awal semester kedua.

Kepercayaan investor asing menjadi topik headline koran cetak Bisnis Indonesia edisi Sabtu (4/8/2018). Berikut laporannya.

Di pasar saham, investor asing tercatat net buy senilai Rp1,39 triliun sepanjang 1 Juli—3 Agustus 2018. Pada periode yang sama, Adapun, net buy investor asing di pasar SBN mencapai Rp14,82 triliun sepanjang periode 1 Juli—2 Agustus 2018.

Aksi beli asing cukup besar pada lelang surat utang negara (SUN) pada Selasa (31/7) pekan ini, yang mendulang total penawaran asing dan domestik senilai Rp45,44 triliun, tertinggi sejak 13 Maret 2018. Peningkatan kepemilikan asing pada Kamis (2/8), yang merupakan tanggal settlement hasil lelang tersebut, mencapai Rp5,7 triliun.

I Made Adi Saputra, Kepala Riset Fixed Income MNC Sekuritas, menilai kembali masuknya investor asing ke dalam pasar SBN sepanjang Juli disebabkan oleh gejolak nilai tukar rupiah yang berangsur mereda.

“Walaupun belum balik ke level di bawah Rp14.000 per dolar AS, tetapi setidaknya mulai stabil. Itu yang mendorong investor asing berani untuk masuk lagi dan mulai akumulasi beli, walaupun belum terlalu besar,” katanya, Jumat (3/8/2018).

Sepanjang tahun berjalan, atau hingga Kamis (2/8), aksi beli asing di pasar SBN baru Rp8,84 triliun. Sebagai pembanding, nilai net buy asing pada periode yang sama per 2 Agustus 2017 lalu mencapai Rp111,72 triliun.

Made mengatakan, secara historis masuknya asing ke dalam pasar SBN domestik berkorelasi positif dengan tingkat stabilitas nilai tukar rupiah. Semakin stabil nilai tukar rupiah dan dalam jangka waktu yang cukup panjang, semakin aktif aksi beli investor asing.

Dalam sepekan ini, nilai tukar rupiah bergerak di level Rp14.370—Rp14.510 per dolar AS. Pada perdagangan kemarin, rupiah melorot 20 poin atau -0,14% ke level Rp14.498 per dolar AS.

Di sisi lain, faktor-faktor eksternal yang selama ini menjadi penyebab volatilitas di pasar obligasi, terutama spekulasi kenaikan suku bunga Fed Fund Rate, sudah cenderung mereda. Meskipun masih terbuka peluang kenaikan pada September dan Desember, tetapi sementara ini pasar cukup stabil.

Akan tetapi, Maximilianus Nico Demus, Direktur Riset dan Investasi Kiwoom Sekuritas Indonesia, mengatakan bahwa masuknya investor asing di pasar SBN pada Juli dan awal Agustus belum dapat dianggap sebagai tanda dimulainya perubahan keputusan investasi asing untuk kembali masuk ke Indonesia.

Menurutnya, aksi beli asing hanya bersifat terbatas mengingat porsi kepemilikan asing pada instrumen investasi di Indonesia mulai berkurang. Di pasar SBN, kepemilikan asing hingga Kamis (2/8) tinggal 37,62% dari total outstanding SBN, turun dibandingkan dengan posisi akhir 2017 yang mencapai 39,82% dari total outstanding saat itu.

Dia menambahkan masuknya asing lebih banyak pada instrumen surat utang bertenor pendek dan semata-mata karena peningkatan yield sudah sangat menarik.

Tingginya pembelian pada tenor pendek menunjukkan investor asing masih cukup waspada terhadap potensi volatilitas lanjutan, sebab instrumen tenor pendek memang cenderung lebih stabil.

Di sisi lain, yield US Treasury tenor 10 tahun pun perlahan mulai kembali menyentuh level 3% yang berpotensi menyebabkan kembali terjadinya capital outflow dari emerging market.

“Jadi, untuk bisa disimpulkan asing sudah mulai berinvestasi lagi di Indonesia rasanya belum, tetapi untuk sekadar cicip-cicip, kelihatannya iya. Apakah akan konsisten? Mungkin saja, karena sentimen global juga sudah tidak ada.”

Frederik Rasali, Vice President Research Artha Sekuritas, menilai aliran dana asing belum kembali signifikan ke dalam negeri. Pasalnya, kucuran lebih banyak masuk ke instrumen surat utang negara (SUN) dibandingkan dengan ekuitas.

Frederik menyebut sentimen yang menjadi perhatian investor adalah langkah pemerintah dalam menghadapi perang dagang dan fluktuasi nilai tukar rupiah.

Sementara itu, Senior Vice President Royal Investium Sekuritas Jason Nasrial, memperkirakan masuknya modal asing yang cukup besar di pasar saham dan obligasi sepanjang Juli tidak akan berlanjut untuk waktu yang cukup panjang.

Aliran dana asing semata-mata disebabkan oleh harga yang sudah terkoreksi sehingga memberi peluang capital gain jangka pendek. Secara fundamental, kinerja emiten semester pertama tahun ini tidak cukup memuaskan.

“ Bersifat sementara, lebih karena faktor teknikal di mana aset emerging market, termasuk Indonesia, sudah murah,” ujarnya.

BIG CAPS

Kinerja emiten sepanjang semester I/2018, ujar Jason, tidak terlalu baik dengan tingkat pertumbuhan yang tidak jauh berbeda dibandingkan dengan semester I/2017 terhadap semester I/2016.

Sektor properti, telekomunikasi, farmasi dan perkebunan menunjukkan penurunan kinerja yang signifikan, sekitar 20%—30%. Sementara itu, sektor yang masih cukup positif, yakni otomotif, perbankan, tambang batu bara, konsumer dan ritel.

Alhasil, secara umum pertumbuhan pendapatan total emiten IHSG tidak sampai menyentuh double digit, yakni hanya berkisar antara 5%—7%.

Akan tetapi, berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, kinerja fundamental emiten big caps terbilang moncer pada semester I/2018. Dari sembilan perseroan, hanya PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dan PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) yang mengalami penurunan laba bersih secara tahunan.

Sebaliknya, rerata emiten big caps lainnya mencatatkan pertumbuhan di atas dua digit. PT United Tractors Tbk. menjadi pemimpin dengan kenaikan laba bersih 60,11% secara tahunan pada semester I/2018.

Menurut catatan Bloomberg, pergerakan harga saham emiten big caps mulai menghijau pada periode berjalan semester II/2018. Tercatat, hanya harga saham TLKM dan UNVR yang masing-masing mengalami koreksi 7,73% dan 0,88%.

Frankie Wijoyo Prasetio, Head of Equity Trading Phintraco Sekuritas Medan menjelaskan bahwa harga saham emiten big caps sudah terdiskon besar sepanjang paruh pertama tahun ini. Padahal, rata-rata perseroan membukukan pertumbuhan laba bersih.

“Hal ini yang menyebabkan ketertarikan kembali investor asing kepada saham di Indonesia karena valuasi yang sudah semakin murah pada saat ini.”

Dia menilai kembali masuknya investor asing ke saham-saham big caps menjadi penopang pergerakan harga saham pada awal semester II/2018.

Pada penutupan perdagangan Jumat (3/8), IHSG ditutup turun 4,18 poin atau -0,07% ke level 6.007,54.

Di sisi lain, Bank Indonesia semakin optimistis aliran dana asing akan terus mengalir ke pasar dalam negeri.

Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan keputusan the Fed yang menahan suku bunganya pada bulan ini sesuai dengan perkiraan bank sentral.

“Kami masih perkirakan Fed Fund Rate akan naik September, dan kemungkinan Desember itu sudah masuk dalam perhitungan-perhitungan kami,” ujar Perry.

Sejauh ini, Perry mengatakan kepercayaan pasar terhadap Indonesia terus menguat. Hal ini terbukti a.l. dengan beberapa indikator, salah satunya inflow ke pasar keuangan Indonesia khususnya ke SBN yang terus naik. “Lelang terakhir dari Kemenkeu SBN oversupply 4 kali lipat lebih.”

Data BI menunjukkan aliran dana masuk ke pasar uang mencapai Rp3,9 triliun pada 30-31 Juli. (Emanuel B. Caesario/M. Nurhadi Pratomo/Hadijah Alaydrus)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper