Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Iran Akan Gelar Latihan Militer, Harga Minyak Rebound

Harga minyak berhasil pulih dari tekanan sebelumnya yang disebabkan tanda-tanda berlanjutnya suplai pasokan serta meningkatnya ketegangan geopolitik.
West Texas Intermediate/Reuters
West Texas Intermediate/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak berhasil pulih dari tekanan sebelumnya yang disebabkan tanda-tanda berlanjutnya suplai pasokan serta meningkatnya ketegangan geopolitik.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September naik US$1,30 dan berakhir di US$68,96 per barel di New York Mercantile Exchange pada perdagangan Kamis (2/8/2018). Total volume yang diperdagangkan mencapai sekitar 28% di bawah rata-rata 100 hari.

Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman Oktober ditutup naik US$1,06 di level US$73,45 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London. Minyak mentah acuan global ini diperdagangkan premium US$5,79 terhadap WTI Oktober.

Harga minyak AS naik 1,9% setelah laporan Genscape dikabarkan menunjukkan jumlah persediaan di Cushing, Oklahoma, mengalami penurunan sebesar 1,1 juta barel.

“Ini menjadi sesuatu yang mengingatkan kita atas kuatnya permintaan,” kata Phil Flynn, analis pasar senior untuk Price Futures Group Inc. "Penurunan itu cukup besar. Hal tersebut mengubah pergerakan pasar [minyak].”

Pemulihan harga semakin kuat ketika pejabat pemerintah Amerika Serikat (AS) mengatakan kepada Reuters bahwa Iran berencana mengadakan latihan militer di Selat Hormuz dalam beberapa hari mendatang.

Latihan militer yang direncanakan oleh Iran memperbaharui kekhawatiran bahwa negara ini dapat memblokir Selat Hormuz, jalur utama untuk pengiriman minyak, sebagai pembalasan terhadap kebijakan AS.

Harga minyak AS sebelumnya menyentuh level terendah sejak 22 Juni setelah produksi OPEC dan Rusia dilaporkan meningkat.

Pada Rabu (1/8), data pemerintah AS menunjukkan kenaikan tak terduga pada jumlah stok nasional. Pada saat yang sama, produksi Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) bulan Juli naik setelah Arab Saudi memompa volume minyaknya.

Sentimen kenaikan suplai ditambah laporan bahwa Rusia meningkatkan produksinya ke tingkat yang tidak terlihat sejak negara ini bergabung dengan OPEC dalam upaya pemangkasan produksi pada Januari 2017.

"Kondisi di Cushing menjadi perhatian yang lebih besar bagi pasar," kata John Kilduff, founding partner untuk Again Capital LLC. “Laporan ini menjadi pengingat masalah besar yang kita hadapi sehubungan dengan Cushing. Ini sangat bullish, terlepas dari semua upaya produksi yag sedang berlangsung.”

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper