Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tensi Perang Tarif AS-China Terus Kikis Minat Investor, Rupiah Terseret

Eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China terus menggerogoti minat investor untuk aset berisiko sekaligus menyeret nilai tukar rupiah memperpanjang pelemahannya terhadap dolar AS.
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA — Eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China terus menggerogoti minat investor untuk aset berisiko, sekaligus menyeret nilai tukar rupiah memperpanjang pelemahannya terhadap dolar AS.

Rupiah ditutup melemah 20 poin atau 0,14% di level Rp14.498 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Jumat (3/8/2018), setelah berakhir melemah 38 poin di Rp14.478 pada Kamis (2/8).

Tak hanya melemah pada hari ketiga berturut-turut, rupiah juga membukukan pelemahan mingguan. Sepanjang pekan ini, mata uang Garuda telah terdepresiasi 84 poin dari apresiasi terakhirnya sebesar 1 poin di posisi 14.414 pada Selasa (31/7).

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak pada level Rp14.495 – Rp14.512 per dolar AS.

Hampir seluruh mata uang di Asia terpantau tertekan petang ini, dipimpin renminbi China yang melemah 0,35% dan baht Thailand yang terdepresiasi 0,15% pada pukul 17.52 WIB.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama lanjut bergerak di zona hijau dengan penguatan 0,08% atau 0,076 poin ke level 95,246 pada pukul 17.42 WIB.

Indeks dibuka dengan kenaikan tipis 0,01% atau 0,008 poin di posisi 95,178 pagi tadi, setelah berakhir menguat 0,54% atau 0,509 poin di level 95,170.

“Dengan rupiah pada tingkat yang lemah secara historis terhadap dolar AS, kami melihat peluang untuk penempatan kembali dalam waktu dekat asalkan daya tarik aset berisiko tidak memburuk secara signifikan,” tulis analis Morgan Stanley dalam risetnya, dikutip Bloomberg.

Sementara itu, Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) akan mengevaluasi jika langkah-langkah yang diambil sejauh ini cukup untuk menjaga stabilisasi rupiah atau apakah perlu mempertimbangkan langkah-langkah lain.

“BI akan tetap mengambil langkah-langkah preemptive, front-loaded, dan ahead of the curve,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 Juli 2018 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (7-DRRR) tetap di 5,25%. Sebelumnya, BI telah menaikkan suku bunga sebesar 100 basis poin (bps) dalam kurang dari dua bulan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper