Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan Emas Iran Tetap Menjulang Meski Terkena Sanksi AS

Permintaan emas batangan dan koin dari Iran kemungkinan akan tetap kuat hingga akhir tahun meskipun harus menghadapi sanksi dari AS.

Bisnis.com, JAKARTA – Permintaan emas batangan dan koin dari Iran kemungkinan akan tetap kuat hingga akhir tahun meskipun harus menghadapi sanksi dari AS.

Penjualan emas batangan dan koin di negara Republik Islam itu naik tiga kali lipat menjadi 15,2 ton pada kuartal II/2018. World Gold Council melaporkan bahwa jumlah tersebut merupakan yang tertinggi selama empat tahun.

Negara tersebut berkontribusi pada ¾ dari keseluruhan permintaan dari Timur Tengah untuk emas batangan dan koin di kuartal terebut, naik dari sebelumnya yang hanya mencapai kurang dari ½ pada periode yang sama 2017 dan hanya 15% pada 2016.

Banyak warga Iran yang khawatir pada kondisi ekonomi negaranya, yang sudah terguncang karena terkena sanksi selama bertahun-tahun, pengelolaan yang buruk, dan korupsi, dan kemungkinan akan semakin memburuk saat AS mulai kembali menaruh embargo pada sektor energi Iran yang memicu protes dari pimpinan Iran. Sanksi AS pada logam mulia Iran akan mula berlaku pada 6 Agustus mendatang.

“Permintaan akan tetap kuat hingga akhir tahun, pada level seperti sekarang atau lebih tinggi lagi. Koin yang sudah kembali dijual oleh bank sentral akan terus digulirkan ke pasar emas. Namun, penjualan perhiasan akan tetap rendah,” ujar Cagdas Kucukemiroglu, analis perusahaan riset Metal Focus, dikutip dari Bloomberg, Kamis (2/8).

Rial terus melemah di hadapan dolar AS pada pekan ini, diperdagangankan di pasar gelap dengan nilai sekitar 112.000 rial per dolar AS pada Senin (30/7), dibandingkan dengan 90.000 rial per dolar AS pada pekan lalu. Bank sentral menetapkan nilai tukarnya ditutup tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan level di pasar gelap dengan harga sekitar 44.000 rial per dolar AS.

“Permintaan emas fisik sangat tinggi dan terus meningkat karena mata uang yang terus melemah. Orang-orang ingin berinvestasi pada barang yang aman seperti emas, dan mempersiapkan diri untuk kemungkinan krisis yang mungkin akan dihadapi dalam waktu dekat,” ujar Massoud Gholampour, analis Novin Investement Bank di Teheran.

Sejak AS menarik diri kesepakatan nuklir Iran pada Mei lalu, Presiden AS Donald Trump terus meningkatkan tekanan bagi negara Persian Gulf itu, mengatakan lewat akun Twitternya bahwa AS tidak akan memberikan toleransi bagi Iran.

“Jelas dengan adanya banyak retorika dari Presiden AS dan Iran, banyak investor yang ingin melindungi hartanya dengan menambah kepemilikan emas,” kata Alistair Hewutt, Kepala Intelijen Pasar World Gold Council dalam laporan resminya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper