Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Batu Bara Lanjutkan Penguatan di Hari Ke-3

Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara di bursa ICE Newcastle untuk kontrak Agustus 2018 ditutup menguat 0,21% atau 0,25 poin di level US$117,80 per metrik ton, setelah dibuka menguat 0,47% atau 0,55 poin pada posisi US$118,10.

Bisnis.com, JAKARTA – Harga batu bara melanjutkan penguatannya pada akhir perdagangan hari ketiga berturut-turut kemarin, Rabu (1/8/2018).

Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara di bursa ICE Newcastle untuk kontrak Agustus 2018 ditutup menguat 0,21% atau 0,25 poin di level US$117,80 per metrik ton, setelah dibuka menguat 0,47% atau 0,55 poin pada posisi US$118,10.

Harga batu bara menguat selama tiga sesi berturut-turut setelah perdagangan sebelumnya, harga batu bara Newcastle ditutup menguat 1,73% atau 2 poin ke level US$117,55 per metrik ton.

Di bursa komoditas Rotterdam, harga batu bara untuk kontrak Agustus 2018 juga ditutup di zona hijau dengan penguatan 0,05% atau 0,05 poin ke level US$95,15 per metrik ton.

Penguatan harga batu bara ini berbanding terbalik dengan harga minyak mentah yang melemah karena kekhawatiran investor seputar bertambahnya suplai minyak global menyusul kenaikan mengejutkan pada stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) serta peningkatan produksi dari negara OPEC dan Rusia.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September melemah US$1,10 dan berakhir di US$67,66 per barel di New York Mercantile Exchange pada perdagangan Rabu (1/8/2018). Total volume yang diperdagangkan mencapai sekitar 23% di bawah rata-rata 100 hari.

Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman Oktober ditutup melemah US$1,82 di level US$72,39 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London. Minyak mentah acuan global ini diperdagangkan premium US$5,89 terhadap WTI Oktober.

Data Energy Information Administration (EIA) menunjukkan jumlah persediaan minyak mentah AS naik 3,8 juta barel pekan lalu. Sementara itu, Arab Saudi dilaporkan memompa volume minyaknya mendekati rekor pada bulan Juli dan Rusia meningkatkan produksi minyak mentahnya.

Produksi minyak Rusia naik ke level yang belum pernah terlihat sejak negara ini bergabung dengan OPEC dalam kesepakatan pemangkasan output dua tahun lalu.

Pada saat yang sama, pemerintah AS diberitakan sedang mempertimbangkan untuk menaikkan tarif impor dari China. Hal ini berpotensi melemahkan pertumbuhan permintaan.

“Ini seperti berita buruk selain segala hal tentang sisi penawaran,” kata Bart Melek, kepala strategi komoditas global TD Securities, dikutip Bloomberg. “Ada masalah dan kekhawatiran tentang sisi permintaan juga. Masih ada kekhawatiran bahwa kita mungkin melihat sanksi yang melebar terhadap China.”

 

Pergerakan harga batu bara kontrak Agustus 2018 di bursa Newcastle

Tanggal                                    

US$/MT

1 Agustus

117,80

(+0,21%)

31 Juli

117,55

(+1,73%)

30 Juli

115,55

(+0,30%)

27 Juli

115,20

(-0,26%)

26 Juli

115,50

(+0,43%)

 Sumber: Bloomberg

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper