Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dow Jones Tergelincir Pascaputusan The Fed, Saham Apple Angkat Nasdaq

Indeks Dow Jones dan S&P 500 di bursa Wall Street Amerika Serikat (AS) tergelincir ke zona merah pada perdagangan Rabu (1/8/2018), saat penguatan saham Apple diimbangi penurunan dalam perusahaan energi dan industri.

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Dow Jones dan S&P 500 di bursa Wall Street Amerika Serikat (AS) tergelincir ke zona merah pada perdagangan Rabu (1/8/2018), menyusul penguatan saham Apple diimbangi penurunan sektor energi dan industri.

Pada saat yang sama, rapat kebijakan moneter Federal Reserve memutuskan tetap berada di jalur untuk kenaikan suku bunga yang diharapkan pada bulan September.

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 0,32% atau 81,37 poin di level 25.333,82 dan indeks S&P 500 turun 0,10% atau 2,93 poin di 2.813,36. Di sisi lain, perusahaan teknologi membantu indeks Nasdaq Composite mampu memperpanjang kenaikannya. Nasdaq berakhir menguat 0,46% atau 35,50 poin di level 7.707,29.

Dilansir Reuters, dalam rapat kebijakan yang berakhir Rabu (1/8) waktu setempat, The Fed memutuskan tidak mengubah suku bunga acuannya.

Bank sentral AS ini juga menegaskan pandangannya kembali bahwa ekonomi AS sedang tumbuh, bursa kerja menguat, dan inflasi terus bergerak pada kisaran targetnya yakni 2% sejak terakhir kali menaikkan suku bunga pada bulan Juni.

"The Fed menunjukkan bahwa mereka bersedia membiarkan ekonomi berjalan sedikit panas selama mereka tidak melihat lonjakan signifikan dalam inflasi yang berpotensi menjadi pukulan bagi kondisi bullish pada pasar saat ini," kata Bob Baur, kepala ekonom global di Principal Global Investors.

Meski saham perusahaan teknologi mengangkat Nasdaq ke wilayah positif serta sedikit memberikan dorongan kepada indeks S&P dan Dow Jones, kekhawatiran seputar tensi perdagangan meningkat setelah pemerintahan Presiden Donald Trump mengusulkan untuk menaikkan tarif impor dari China.

Dikabarkan, Trump telah mengarahkan Perwakilan Perdagangan AS, Robert Lighthizer, untuk mempertimbangkan kenaikan tarif pada barang-barang asal China senilai US$200 miliar menjadi 25% dari 10%. Ini dilakukan sebagai bagian dari upaya untuk mendesak China mengubah tindakannya.

Pemerintah China pun bereaksi keras dan menyebut langkah tersebut sebagai "pemerasan". Negeri Tirai Bambu memperingatkan bahwa pihaknya akan merespons langkah itu dengan cara yang sama.

“Jelas bahwa banyak bisnis semakin khawatir tentang arah ini [perselisihan tarif] menuju,” kata Bernard Baumohl, kepala ekonom global di Economic Outlook Group di Princeton, New Jersey. “Jika ketegangan perdagangan terus berlanjut sampai pemilu paruh waktu, itu akan menjadi bencana bagi Partai Republik.”

Sebagai informasi, pemilihan umum paruh waktu (midterm election) untuk memilih anggota-anggota Kongres, parlemen negara bagian, dan beberapa gubernur di AS akan diadakan pada 6 November.

Menyusul perkembangan lebih lanjut atas tensi antara AS dan China tersebut, saham-saham yang sensitif dengan isu perdagangan pun turun, dengan indeks industri pada S&P 500 turun 1,3%. Sebanyak 8 dari 11 sektor utama pada S&P 500 mengakhiri sesi perdagangan Rabu di wilayah negatif.

Sementara itu, saham Apple Inc mencapai level tertinggi sepanjang masa setelah membukukan hasil yang lebih baik dari perkiraan pada Selasa (31/7) serta memproyeksikan penjualan yang lebih baik dari perkiraan karena kuatnya permintaan untuk smartphone. Nilai pasar raksasa teknologi asal AS ini pun kian mendekati US$1 triliun.

Namun, sektor energi tertekan pelemahan harga minyak mentah akibat kenaikan jumlah stok di AS serta peningkatan tak terduga pada produksi OPEC.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper