Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Lemah Terhadap Yen, Emas Spot Terkerek Tipis

Harga emas spot terkerek tipis, kembali pulih dari pelemahannya dalam beberapa sesi terakhir karena dolar Amerika Serikat melamah di hadapan mata uang Jepang yen.
Harga emas/Reuters
Harga emas/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas spot terkerek tipis, kembali pulih dari pelemahannya dalam beberapa sesi terakhir karena dolar Amerika Serikat melamah di hadapan mata uang Jepang yen.

Harga emas spot terkerek tipis 0,27 poin atau 0,02% menjadi US$1.216,23 per troy ounce. Dengan harga tersebut, emas spot turun 6,64% selama tahun berjalan. Pada sesi yang sama, harga emas spot sempat menyentuh US$1.218,78 per troy ounce.

Sementara itu, harga emas Comex justru memerah 0,30 poin atau 0,02% menjadi US$1.227,30 per troy ounce. Emas Comex tercatat mengalami penurunan 6,96% secara year-to-date (ytd).

“Menurut saya, orang-orang hanya memperhatikan pergerakan dolar AS saat ini. Pelemahan dolar AS di hadapan yen membuat harga emas sedikit menguat,” ujar Yuichi Ikemizu, Manajer ICBCStandard Bank di Tokyo, dikutip dari Reuters, Kamis (2/8/2018).

Dolar AS merosot 0,26 poin atau 0,23% di hadapan yen, membawa mata uang Negeri Matahari Terbit tersebut pada posisi 111,47 per dolar AS pada perdagangan Kamis (2/8).

Namun, meskipun di hadapan yen memerah, dolar AS masih menguat di hadapan sejumlah mata uang utama lainnya setelah Federal Reserve AS enetapkan akan terus menaikkan suku bunga dan biaya pinjaman pada September mendatang.

Pelemahan dolar AS membuat emas yang berdenominasi dolar AS menjadi lebih murah bagi pemilik emas yang menggunakan mata uang lain, sementara itu kenaikan suku bunga yang biasanya malah menekan harga emas dengan meningkatkan biaya peluang kepemilikan emas yang tidak memiliki imbal hasil.

“FOMC [Federal Open Market Comitee] tidak memberikan banyak bantuan bagi kenaikan harga emas. Menurut saya, harga emas akan tetap berada pada kisaran perdagangan saat ini,” lanjut Ikemizu.

Analis teknikal Reuters Wang Tao memproyeksikan harga emas akan berada pada kisaran US$1.214 per troy ounce – US$1.226 per troy ounce.

“Hari ini peluang penguatan harga emas bisa berlanjut seiring investor yang kembali khawatir terhadap kebijakan baru kenaikan tarif impor AS ke China dari yang sebelumnya 10% menjadi 25%. Peluang meningkatnya permintaan akan safe haven dapat menjadi katalis positif harga emas,” kata Dini Nurhadi Yasyi, analis PT Monex Investindo Futures dalam laporan hariannya, Kamis (2/8/2018).

Dini memproyeksikan support harga emas akan berada pada kisaran US$1.212 per troy ounce – US$1.218 per troy ounce. Sementara itu, posisi resistannya berada pada kisaran US$1.224 per troy ounce – US$1.228 per troy ounce.

Saham di Asia juga mengalami kemerosotan dengan beberapa sentimen menyatakan pelemahan setelah menghadapi kenaikan tensi perang dagang antara AS dan China, sementara pasar obligasi global kocar-kacir karena AS akan menaikkan biaya pinjamannya dan toleransi baru Jepang pada kenaikan imbal hasil.

Presiden AS Donald Trump tengah berupaya untuk terus meningkatkan tekanan ke China dengan menambah tarif menjadi 25% pada barang konsumsi China senilai US$200 miliar.

Selain itu, Bank of Englad (BoE) berencana akan menaikkan suku bunganya pada Kamis (2/8) ke level tertingginya sejak mengalami krisis keuangan sedekade lalu, menyingkirkan peringatan bahwa negara tersebut akan mengambil risiko sebelum Brexit, yang belum jelas kondisinya hingga saat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper