Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Saham Asia Terseret Wall Street, Yen Menguat Jelang Putusan BoJ

Kinerja sejumlah bursa saham di Asia lesu pada perdagangan pagi ini, Selasa (31/7/2018), terseret pelemahan dalam saham teknologi global.
Bursa Asia MSCI/Reuters
Bursa Asia MSCI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja sejumlah bursa saham di Asia lesu pada perdagangan pagi ini, Selasa (31/7/2018), terseret pelemahan dalam saham teknologi global.

Dilansir dari Reuters, indeks saham MSCI Asia Pacific, selain Jepang, bergerak flat di posisi 543,23. Indeks Nikkei Jepang turun 0,5%, sedangkan indeks Kospi Korea Selatan turun 0,1% terlepas dari laporan peningkatan laba Samsung Electronics.

Pada perdagangan Senin (30/7), pergerakan tiga indeks saham utama Amerika Serikat (AS) di bursa Wall Street berakhir melemah akibat tertekan aksi jual yang meluas terhadap saham teknologi.

Indeks Nasdaq Composite berakhir melorot 1,39% atau 107,42 poin di level 7.630, indeks Dow Jones Industrial Average melemah 0,57% atau 144,23 poin di level 25.306,83, sedangkan indeks S&P 500 ditutup melemah 0,58% atau 16,22 poin di 2.802,6.

Indeks teknologi merosot 1,8% semalam setelah hasil yang mengecewakan dari Facebook, Twitter, dan Netflix memicu kekhawatiran tentang pertumbuhan masa depan untuk sektor ini.

“Bursa saham AS turun dalam semalam tetapi sentimen terhadap risiko terlihat lebih optimistis di kelas aset lainnya,” tulis analis JP Morgan dalam risetnya, dikutip Reuters. “Keputusan BoJ hari ini menjadi fokus utama.”

Nilia tukar yen menguat 0,1% menjadi 110,92 per dolar AS. Mata uang Jepang ini sempat menyentuh level 113,15 yang dicapai pada awal Juli.

Spekulasi bahwa Bank of Japan (BoJ) akan menarik langkah pelonggarannya juga membawa imbal hasil obligasi pemerintah Jepang naik dalam semalam. Imbal hasil obligasi pemerintah lainnya juga naik lebih tinggi.

Bank sentral Jepang tersebut kemungkinan akan mempertimbangkan mengambil langkah-langkah untuk membuat program stimulus besar-besarannya lebih berkelanjutan, seperti memungkinkan perubahan lebih besar dalam suku bunga serta memperluas pemilihan pembelian saham.

“Sikap BoJ yang tetap sangat akomodatif untuk waktu lama akan menantang ekspektasi kami atas apresiasi yen di tengah valuasi murah fundamental, juga ekspektasi kami atas dolar AS yang lebih lemah pada 2019,” menurut analis di NAB.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper