Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang Kompak Ditutup Terkoreksi

Pergerakan indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang kompak berakhir di zona merah pada perdagangan hari ini, Senin (30/7/2018).
Bursa Jepang Topix/Reuters
Bursa Jepang Topix/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang kompak berakhir di zona merah pada perdagangan hari ini, Senin (30/7/2018).

Indeks Topix dibuka turun 5,28 poin atau 0,30% di level 1.770,48 dan berakhir melemah 7,61 poin atau 0,43% di level 1.768,15.

Pada perdagangan Jumat (27/7), Topix masih ditutup menguat 0,57% atau 9,98 poin di posisi 1.775,76.

Dari 2.081 saham pada indeks Topix, 902 saham di antaranya menguat, 1.110 saham melemah, dan 69 saham stagnan.

Saham Recruit Holdings Co. Ltd. dan Sony Corp. yang masing-masing turun 3,43% dan 1,69% menjadi penekan utama terhadap koreksi Topix pada perdagangan hari ini.

Sejalan dengan Topix, indeks Nikkei 225 berakhir melemah 0,74% atau 167,91 poin di level 22.544,84, setelah dibuka turun 0,44% atau 99,45 poin di posisi 22.613,30.

Sebanyak 86 saham menguat, 129 saham melemah, dan 10 saham stagnan dari 225 saham pada indeks Nikkei.

Saham Fast Retailing Co. Ltd. yang turun 1,95% menjadi penekan utama terhadap koreksi Nikkei pada akhir perdagangan hari ini, diikuti saham Eisai Co. Ltd. yang turun 5,33%.

Sementara itu, nilai tukar yen hari ini terpantau terdepresiasi 0,03% atau 0,03 poin ke posisi 111,06 per dolar AS pada pukul 14.43 WIB, setelah berakhir menguat 0,18% atau 0,20 poin di posisi 111,03 pada perdagangan Jumat (27/7).

Dilansir Bloomberg, bursa saham Jepang melemah mengikuti penurunan yang dialami indeks S&P 500 pada Jumat (27/7), setelah hasil yang mengecewakan dari Intel Corp. dan Twitter Inc. memicu kekhawatiran bahwa ekspektasi terhadap laporan keuangan korporasi telah menggelembung.

“Ada mendung di cakrawala untuk kinerja perusahaan dengan growth stock [saham yang perusahaannya memiliki potensi untuk menaikkan nilai perusahaan dengan cara yang cepat] di AS,” kata Shoji Hirakawa, kepala pakar strategi global di Tokyo Tokai Research Institute.

“Ini menimbulkan kekhawatiran tidak hanya atas memburuknya kondisi penawaran dan permintaan karena kemungkinan penjualan dalam dana pertumbuhan global, tetapi juga atas kemerosotan growth share di Jepang.”

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper