Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dongkrak Pendapatan 35%, Krakatau Steel (KRAS) Masih Merugi

Krakatau Steel (KRAS) mampu mendongkrak pendapatan pada semester I/2018 hingga 35%. Akan tetapi, perusahaan baja pelat merah ini masih menderita kerugian usaha akibat beban pokok yang melonjak hampir 40%
Pabrik PT Krakatau Steel/Antara
Pabrik PT Krakatau Steel/Antara

Bisnis.com, JAKARTA — PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. mampu mendongkrak pendapatan pada semester I/2018 hingga 35%. Akan tetapi, perusahaan baja pelat merah ini masih menderita kerugian usaha akibat beban pokok yang melonjak hampir 40%

Alhasil, BUMN ini hanya mampu menekan kerugian yang dialami lebih dari 70% secara tahunan pada semester I/2018 seiring dengan peningkatan volume penjualan dan kenaikan harga jual produk baja tersebut.

Berdasarkan laporan keuangan semester I/2018 yang dipublikasikan, Senin (30/7/2018), Krakatau Steel mengantongi pendapatan US$854,27 juta. Jumlah tersebut naik 34,75% secara tahunan dari US$633,97 juta pada periode yang sama tahun lalu.

Akan tetapi, beban pokok pendapatan naik lebih tinggi yakni mencapai 39,38% secara tahunan pada semester I/2018. Dari situ, emiten berkode saham KRAS itu membukukan laba kotor US$100,39 juta atau naik 7,82% secara tahunan.

Laba operasi yang dibukukan KRAS melesat 110,36%. Tercatat, jumlah laba operasional yang dikantongi naik dari US$4,44 juta menjadi US$9,34 juta.

Dengan demikian, rugi periode berjalan yang ditanggung perseroan selama ini mampu dipangkas 71,76% secara tahunan pada semester I/2018. Kerugian tercatat menurun dari US$56,70 juta menjadi US$16,01 juta.

Direktur Utama Krakatau Steel, Mas Wigrantoro Roes Setiyadi menjelaskan volume penjualan perseroan naik 24,44% menjadi 1,04 juta ton pada semester I/2018. Faktor tersebut menjadi salah satu penopang kinerja pendapatan perseroan pada periode tersebut.

“Salah satu faktor yang mendukung peningkatan pendapatan semester I/2018 ini yakni adanya peningkatan harga jual dari produk baja hot rolled coil [HRC],” jelasnya, Senin (30/7/2018).

Dia mengungkapkan harga jual HRC meningkat dari US$640 hingga US$680 per ton pada kuartal I/2018 menjadi US$740 per ton pada awal Juni 2018. Harga jual rata-rata HRC meningkat 12,52% secara tahunan menjadi US$660 per ton dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu sebesar US$587 per ton.

“Penjualan produk tertinggi pada semester ini adalah HRC dan peringkat kedua adalah cold rolled coil disusul long product,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper