Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Ekuitas AS Susut, Harga Minyak Ikut Melorot

Harga minyak kembali anjlok karena tertekan oleh pelemahan pasar ekuitas AS. Namun, harga minyak Brent masih mencatatkan kenaikan mingguan karena terdorong oleh penurunan tensi perang dagang dan penutupan sementara jalur utama pengiriman minyak mentah oleh Arab Saudi.
Harga Minyak WTI/Reuters
Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak kembali anjlok karena tertekan oleh pelemahan pasar ekuitas AS. Namun, harga minyak Brent masih mencatatkan kenaikan mingguan karena terdorong oleh penurunan tensi perang dagang dan penutupan sementara jalur utama pengiriman minyak mentah oleh Arab Saudi.

Pada penutupan perdagangan Jumat (27/7), harga minyak Brent Futures turut mengalami penurunan tipis 0,25 poin atau 0,34% menjadi US$74,29 per barel dan mencatatkan kenaikan harga sebesar 11,10% secara year-to-date (ytd).

Meskipun mengalami penurunan, tetapi harga minyak Brent mencatatkan kenaikan mingguan sebesar 1,8%, kenaikan pertama dalam empat pekan terakhir.

Adapun, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) tercatat memerah dengan penurunan sebesar 0,92 poin atau 1,32% menjadi US$68,69 per barel dan naik 13,69% selama tahun berjalan. Dengan harga tersebut, minyak WTI mencatatkan penurunan mingguan selama empat pekan berturut sejauh 2,4%.

Sejalan dengan penurunan harga minyak, pasar saham AS juga sebagian besar mengalami pelemahan.

“Hal itu menunjukkan bahwa sudah ada tanda pelemahan pertumbuhan ekonomi, yang memberikan dampak pada konsumsi minyak mentah,” ujar Phillip Streible, Ahli Strategi Pasar RJO Futures, dikutip dari Reuters, Minggu (29/7/2018).

Pasar minyak yang melemah saat ini juga disebabkan oleh tekanan dari data Pemerintah AS yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi AS tengah berada di jalur tercepatnya dalam empat tahun terakhir.

“Angkanya cukup besar yang menunjukkan bahwa permintaan minyak akan tetap kuat hingga akhir tahun nanti. Ada alasan mengapa harga minyak tidak bisa reli karena beriringan dengan sejumlah ekspektasi,” kata Phil Flynn, analis Price Futures Group di Chicago.

Data Baker Hughes menyatakan bahwa sejumlah Perusahaan energi AS juga menambahkan tiga unit rig pada pekan 27 Juli lalu, pertama kalinya dalam 3 pekan terakhir.

Analis PT Monex Investindo Futures Putu Agus Pransuamitra menyatakan bahwa kenaikan rig minyak akan membuat produksi bertambah sehingga membebani harga minyak.

Dalam laporan hariannya pada Jumat (27/7), Putu memproyeksikan harga minyak WTI akan bergerak pada kisaran US$67,90 per barel – US$68,90 per barel.

Komisi Perdagangan Berjangka Komositas (CTFC) AS melaporkan bahwa sejumlah hedge fund juga memangkas taruhan bullish pada harga minyak AS dengan mengurangi posisi berjangka dan opsinya di New York dan London hingga 11.362 kontrak menjadi 412.289 pada pekan 24 Juli. Jumlah itu merupakan yang terendah sejak akhir Juni.

Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan bahwa pasar minyak akan tetap volatil dan merespons intervensi verbal. Novak juga menambahkan bahwa harga minyak juga akan tergantung pada sanksi dari AS ke Iran.

“OPEC [Organisasi Negara Pengekspor Minyak] dan sekutunya tidak mendiskusikan pilihan untuk mendorong produksi minyak hingga lebih dari 1 juta barel per hari,” ujar Novak.

OPEC dan produsen minyak lainnya yang dipimpin oleh Rusia pada bulan lalu telah sepakat untuk melunakkan kebijakan pengurangan produksi. Kebijakan tersebut juga menyebutkan akan adanya tambahan produksi hingga 1 juta barel per hari, dengan Rusia menambahkan lagi sebanyak 200.000 barel per hari.

Pada awal pekan lalu, pihak Arab Saudi menyebutkan akan menahan pengiriman minyaknya lewat jalur Laut Merak Bab Al-Mandeb, salah satu rute pengiriman minyak terbesar di dunia, setelah militan Houthis dari Yaman, Iran menyerang dua kepal tangki di jalur tersebut.

Aksi apapun yang terjadi di jalur tersebut akan menghambat pengiriman minyak dari Suez Canal Mesir dan pipa minyak SUMED yang menghubungkan Laut Merah dan Mediterania.

Menurut data Energy Information Administration (EIA) AS, sekitar 4,8 juta barel per hari dan produk minyak sulingan lainnya dialirkan melalui Bab Al-Mandeb pada 2016 ke Eropa, AS dan Asia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Sumber : Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper