Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KIK-EBA Garuda Indonesia di Bawah Target

Dana yang berhasil dihimpun oleh PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. dalam penerbitan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA) di bawah target.
Sejumlah pesawat terparkir di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, Selasa (20/3/2018)./ANTARA-Wira Suryantala
Sejumlah pesawat terparkir di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, Selasa (20/3/2018)./ANTARA-Wira Suryantala

Bisnis.com, JAKARTA -- Dana yang berhasil dihimpun oleh PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. dalam penerbitan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA) di bawah target.

Perusahaan pelat merah itu mendapatkan dana senilai Rp1,8 triliun dari sekuritisasi tersebut. Angka ini berada di bawah target yang dipatok yakni senilai Rp2 triliun.

"Iya, Rp1,8 triliun," kata Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Helmi Imam Satriyono saat dimintai konfirmasi Bisnis, Jumat (27/7/2018).

Awalnya, emiten bersandi GIAA tersebut menargetkan dana yang dihimpun dari KIK-EBA mencapai Rp4 triliun. Namun, beberapa hari lalu target tersebut direvisi menjadi senilai Rp2 triliun, dengan alasan menyesuaikan kebutuhan perseroan.

Tetapi, menurut Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala N. Mansury, pihaknya tidak pernah mematok target perolehan dana dari proses sekuritisasi ini. Dia menyatakan perseroan hanya berharap dana yang dihimpun lebih dari Rp 1 triliun.

"Kami tidak pernah menyampaikan target terkait KIK- EBA ini seperti apa. Karena untuk pasar Indonesia sekuritisasi ini merupakan instrumen yang baru," kilahnya.

Pahala menambahkan dana tersebut akan digunakan untuk melakukan pembayaran kembali atau refinancing utang yang jatuh tempo.

Pada Rabu (4/7), perseroan menyampaikan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengenai pembayaran Obligasi Berkelanjutan I Garuda Indonesia Tahap I Tahun 2013 berdenominasi rupiah sebesar Rp2 triliun yang jatuh tempo pada Kamis (5/7).

Sebanyak 80% dana dari surat utang itu digunakan untuk membayar uang muka pembelian pesawat, sedangkan sisanya sebagai modal pembayaran sewa pesawat.

"Kami ada kewajiban obligasi yang jatuh tempo. Kami juga ada beberapa kewajiban bank yang harus dibayarkan. Kami berupaya untuk mengurangi kewajiban jangka pendek dan diubah ke kewajiban jangka panjang," paparnya.

Produk investasi bernama EBA Mandiri GIAA tersebut memiliki peringkat AA+ dengan tingkat kupon 9,5%. Surat utang tersebut memiliki tenor lima tahun dengan pelunasan pokok amortisasi 20% per tahun.

PT Mandiri Manajemen Investasi berperan sebagai pihak yang menangani KIK-EBA ini. Direktur Mandiri Manajemen Investasi Endang Astharanti mengungkapkan proses penawaran awal untuk produk tersebut telah selesai dilakukan.

Hingga kuartal I/2018, perseroan masih belum mencatatkan kinerja positif. Pada tiga bulan pertama tahun ini, GIAA membukukan rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$65,34 juta.

Nilai itu lebih baik dibandingkan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya, yang masih sekitar US$100,64 juta. 

Di sisi pendapatan, perusahaan pelat merah itu membukukan revenue sebesar US$983 juta atau meningkat 7,9% dibandingkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya yang sekitar US$910,83 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper