Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mata Uang di 'Emerging Market' Kompak Melemah

Mata uang pasar berkembang atau emerging market/EM hampir seluruhnya kompak melemah di hadapan dolar Amerika Serikat ke level terendahnya selama setahun di tengah kekhawatiran dampak perang dagang terhadap pertumbuhan ekonomi global.
Lembaran mata uang rupiah dan dolar AS diperlihatkan di salah satu jasa penukaran valuta asing di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
Lembaran mata uang rupiah dan dolar AS diperlihatkan di salah satu jasa penukaran valuta asing di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang pasar berkembang atau emerging market/EM hampir seluruhnya kompak melemah di hadapan dolar Amerika Serikat ke level terendahnya selama setahun di tengah kekhawatiran dampak perang dagang terhadap pertumbuhan ekonomi global.

Sebanyak 17 dari 24 mata uang negara berkembang mengalami pelemahan, dipimpin oleh mata uang peso Kolumbia, yang juga mengalami pelemahan harga minyak mentah. Adapun, saham EM juga bergerak sedikit dan tercatat merosot 16% dari puncaknya tahun ini.

Para trader memukul nilai aset negara berkembang setelah dolar AS kembali mendapat dorongan. Sebelumnya, pada Jumat (20/7), dolar AS sempat melemah tajam setelah Presiden AS Donald Trump mengkritik penguatan mata uang negaranya dan menyatakan tidak senang dengan kenaikan suku bunga lebih lanjut dari Federal Reserve AS.

Pada akhir pekan lalu, sejumlah kepala bidang keuangan dari negara-negara Group-of-20 (G-20) menyatakan bahwa pertumbuhan global tetap dalam keadaan kuat dan memperingatkan EM agar mempersiapkan diri untuk menghadapi krisis, karena risiko ekonomi terus bertambah.

“Kekhawatiran pada potensi perang dagang telah menghambat aktivitas di China dan pemerintahnya tidak terlalu memperhatikan pelemahan yuan sehingga memberikan tekanan pada sentimen pasar,” ujar Delphine Arrighi, Pengelola Keuangan Old Mutual Global Investor, dilansir dari Bloomberg, Selasa (24/7/2018).

Para Investor juga mempertimbangkan pernyataan Trump bahwa China telah melakukan manipulasi mata uang yang membuat ketakutan akan perang dagang meluber ke ranah pasar mata uang.

Hal itu juga membuat harga aset-aset komoditas melambung setelah Trump kembali memunculkan peraturan baru terhadap Iran dengan memberikan peringatan tentang kosekuensi yang akan dihadapi Presiden Iran Hassan Rouhani apabila pihaknya terus mengancam AS.

Dana EM yang diperdagangkan di bursa (exchange-traded fund/ETF) tercatat mendapat aliran pemasukan sebesar US$377 juta pada akhir pekan 20 Juli, mematahkan kemerosotan sebanyak US$10 miliar sepanjang delapan pekan berturut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper