Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Imbal Hasil AS Kuatkan Dolar AS, Emas Semakin Lesu

Harga emas kembali anjlok selama dua hari berturut karena dolar Amerika Serikat yang kembali menguat setelah imbal hasil obligasi untuk tenor 10 tahunnya naik ke level tertinggi dalam sebulan.
Harga emas/Reuters
Harga emas/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas kembali anjlok selama dua hari berturut karena dolar Amerika Serikat yang kembali menguat setelah imbal hasil obligasi untuk tenor 10 tahunnya naik ke level tertinggi dalam sebulan.

Pada perdagangan Selasa (24/7) pukul 16.00 WIB, harga emas spot tercatat mengalami penurunan 0,66 poin atau 0,05% menjadi US$1.223,84 per troy ounce, dan turun 6,06% secara year-to-date (ytd). Harga emas spot sempat menyentuh US$1.220,62 per troy ounce.

Untuk harga emas Comex tercatat turun 1,70 poin atau 0,14% menjadi US$1.232,70 per troy ounce dengan pelemahan sebanyak 6,52% selama tahun berjalan. Pada sesi yang sama, emas Comex sempat berada pada posisi US$1.228 per troy ounce.

Pada pekan lalu, harga emas bahkan sempat lebih rendah lagi pada posis US$1.211,63 per troy ounce, angka tersebut merupakan yang terendah selama setahun.

Pada Selasa (24/7), indeks dolar AS yang menjadi tolok ukur di hadapan sejumlah mata uang utama menguat tipis 0,06% berada di posisi 94,69. Indeks dolar bangkit dari pelemahan akhir pekan lalu saat Presiden AS Donald Trump menuduh China dan Uni Eropa telah memanipulasi mata uangnya dan menjada suku bunganya tetap rendah.

Sebelum pernyataan tersebu muncul, dolar AS menguat tajam setelah adanya ekspektasi kenaikan suku bunga lebih lanjut hingga dua sampai tiga kali tahun ini dan hingga pertengahan 2019. Untuk awal pekan ini, penguatan dolar AS terdorong oleh imbal hasil tenor 10 tahun AS yang berdiri di posisi 2,95% setelah naik 6 basis poin pada Senin (23/7).

“Dolar AS mulai mendapatkan kembali momentum dari kenaikan imbal hasil obligasi, membuat emas semakin tak menarik. Meskipun penguatan dolar AS telah mendapat kritik dari Trump, nilainya tetap kuat, itu yang menjadi tekanan bagi harga emas,” ujar Stephen Innes, Kepala Perdagangan Asia Pasifik di Oanda Corp, dilansir dari Bloomberg, Selasa (24/7/2018).

“Tampaknya investor kembali mempertimbangkan proyeksi perekonomian AS yang terus menguat dan menjadi sentimen penguatan dolar AS,” kata Dini Nurhadi Yasyi, analis PT Monex Investindo Futures, dikutip Bisnis dalam laporan resmi harian.

Dini memproyeksikan secara teknikal bahwa tren pelemahan emas berpotensi masih akan berlanjut. Harga emas diperkirakan akan bergerak pada kisaran US$1.217 – US$1.235 per troy ounce.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper