Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Proyeksi Harga Emas 2018 Direvisi ke Rp606.000 per gram, Saatnya Mengoleksi

Bank dan para broker mulai memangkas proyeksi harga emas 2018 dengan amsumsi optimis di US$1.300 per ounce atau US$41,8 per gram (sekitar Rp606.000 per gram).
Harga emas berjangka naik di Divisi COMEX New York Mercantile Exchange./Antara
Harga emas berjangka naik di Divisi COMEX New York Mercantile Exchange./Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Bank dan para broker mulai memangkas proyeksi harga emas 2018 dengan amsumsi optimis di US$1.301 per ounce atau US$41,8 per gram (sekitar Rp606.000 per gram dengan asumsi kurs Rp14.500).

Harga emas yang terpuruk di level US$1.220 per ounce atau US$39,2 per gram (sekitar Rp569.000 per gram) membuat mereka merevisi proyeksi harga emas tahun 2018 dan 2019.

Reuters melaporkan hasil jajak pendapat terhadap 35 analis, Senin (23/7/2018). Hasilnya, mereka  memperkirakan rata-rata harga emas US$1.301 per ounce pada 2018 dan US$1.325 per ounce pada 2019.

Ini merupakan revisi  sekitar -2 persen -2,5 persen dari prediksi awal mereka yang semula masing-masing US$1.334 tahun 2018 dan US$1.352 tahun 2018, dan merupakan hasil jajak pendapat tiga bulan yang lalu.

Prediksi

2018

2019

Awal

US$1.334/ounce

US$1.352

Revisi

US$1.301/ounce

US$1.325

Perubahan

-2,5%

-2,0%

 Sumber: Reuters

Revisi terjadi setelah emas jatuh dari US$1.365,23 pada April 2018 menjadi sekitar US$1.220 ketika emas medapat tekanan dari penguatan dolar AS, ekspektasi suku bunga AS yang lebih tinggi, penurunan besar dalam emas yang dipegang oleh dana-dana yang diperdagangkan di bursa dan aksi jual oleh investor spekulatif.

Dolar AS yang lebih kuat membuat emas lebih mahal untuk pembeli dengan mata uang lainnya, sementara suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan peluang kerugian memegang logam mulia yang tidak memberikan imbal hasil.

Para responden jajak pendapat mengatakan penjualan itu berlebihan. "Emas akan membuat posisi terbawah selama beberapa bulan mendatang," kata Julius Baer, Analis Carsten Menke, seperti dilaporkan Reuters Senin malam (23/7/2018).

Emas secara tradisional digunakan sebagai investasi yang aman selama ketidakpastian politik dan ekonomi, tetapi ancaman perang perdagangan global dan perputaran di pasar saham dunia sejauh ini gagal mengangkat harga.

Harga rendah juga mulai memicu pembelian fisik di India dan Tiongkok, konsumen emas terbesar, membantu mendukung harga emas, kata analis GFMS, Rhona O'Connell.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sutarno
Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper