Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saratoga (SRTG) Anggarkan Dana Investasi US$100 Juta

PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. menganggarkan dana untuk kebutuhan investasi pada tahun ini senilai US$100 juta.
Chief Financial Officer PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. Lany D. Wong memberikan paparan saat media visit Bisnis Indonesia ke kantor Saratoga di Jakarta, Selasa (24/7/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Chief Financial Officer PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. Lany D. Wong memberikan paparan saat media visit Bisnis Indonesia ke kantor Saratoga di Jakarta, Selasa (24/7/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA - PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. menganggarkan dana untuk kebutuhan investasi pada tahun ini senilai US$100 juta.

Chief Financial Officer (CFO) PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. Lany D. Wong menjelaskan, hingga saat ini perseroan masih melakukan kajian untuk menentukan arah investasi. "Kami membeli saham sesuai dengan harga dan kondisi dari perusahaan, termasuk potensi bisnis di sektor itu. Sejauh ini masih belum dipastikan," katanya di Jakarta, Selasa (24/7/2018).

Meskipun belum menentukan arah investasi, namun emiten bersandi SRTG itu akan fokus pada sektor konsumer. Lany berkeyakinan, sektor ini masih akan menjanjikan hingga beberapa tahun ke depan.

Saat ini, porsi investasi perseroan di sektor ritel memang masih cukup kecil, yakni 12%. Adapun, porsi investasi di sektor infrastruktur dan sumber daya alam (SDA) masing-masing sebesar 40% dan 48%.

Total investasi perseroan per akhir tahun lalu tercatat mencapai Rp25 triliun dengan utang yang hanya senilai Rp2,68 triliun. "Jadi untuk ekspansi kami ke depan masih sangat memungkinkan, dengan fokus pada segmen konsumsi," imbuhnya.

Selain segmen konsumsi, perseroan juga akan mengembangkan bisnis di sektor rumah sakit yakni Awal Bros Hospital. Rencananya, rumah sakit ini akan menambah sebanyak 10 unit jaringan baru dalam 3 tahun ke depan.

SRTG memiliki saham untuk rumah sakit Awal Bros yang berada di luar Sumatra. "Awal Bros akan terus dikembangkan, karena kebutuhan untuk rumah sakit di Indonesia juga masih sangat besar," ujarnya.

Sementara itu, kinerja perseroan pada tahun lalu terkoreksi. Berdasarkan laporan keuangan konsolidasian yang dipublikasikan, laba tahun berjalan merosot hingga 45,5% dari Rp5,7 triliun pada 2016 menjadi Rp3,1 triliun pada tahun lalu.

Penurunan ini disebabkan oleh anjloknya keuntungan perseroan, terutama yang bersumber dari investasi pada efek ekuitas. Sepanjang tahun lalu, keuntungan bersih atas investasi pada efek ekuitas hanya mencapai Rp2,29 triliun, turun 63,84% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yakni senilai Rp6,34 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Tegar Arief
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper