Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Langkah BI Intervensi Rupiah Dinilai Efektif

Kebijakan Bank Indonesia (BI) yang berupaya terus mengintervensi pasar diyakini mulai berdampak pada pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS).
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA - Kebijakan Bank Indonesia (BI) yang berupaya terus mengintervensi pasar diyakini mulai berdampak pada pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS).

Selain melakukan intervensi di pasar valuta asing dan obligasi, BI juga secara preventif menaikkan suku bunga sampai 3 kali dengan total kenaikan 1%, dari 4,25% menjadi 5,25%.

Upaya kenaikan suku bunga dilakukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar, karena pelemahan rupiah dampaknya lebih instan dan negatif terhadap aktivitas ekonomi dan inflasi dibandingkan dampaknya pada angka PDB yang lebih lagging, baru tercermin 1–1,5 tahun.

Selanjutnya, sebagai buffer dan second line of defense bagi nilai tukar Rupiah, BI juga memiliki bilateral swap facilities dengan Jepang, Korea Selatan, dan beberapa negara lainnya.

"Meskipun rupiah masih bergerak di atas level Rp14.000 per dollar AS, tapi volatilitasnya sudah jauh berkurang," kata Senior Portofolio Manager Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Caroline Rusli dalam risetnya yang diterima, Sabtu (21/7/2018).

Asumsi itu tercermin dari turunnya volatilitas di pasar Non Deliverable Forward (NDF) dan mulai stabilnya CDS Indonesia. Kata dia, BI meyakini gejolak nilai tukar sifatnya sementara.

Tetapi memang bila dollar AS masih terus melanjutkan tren penguatannya terhadap mata uang lain seperti Euro, Yen atau Renminbi, maka rupiah tidak bisa menghindar dari tren yang sama, hanya intensitas pelemahan yang berbeda.

Menurutnya, dengan memperhitungkan yield spread antara negara maju dan negara berkembang yang semakin mengecil seiring dengan normalisasi kebijakan moneter The Fed, masih terbuka kemungkinan BI menaikkan suku bunga acuan guna menjaga stabilisasi nilai tukar.

"Dibandingkan dengan negara berkembang lain yang mengalami defisit neraca berjalan, postur suku bunga BI saat ini terlihat semakin menarik, sekitar 175 basis poin di atas target inflasi 3,5%."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Tegar Arief

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper