Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Obligasi: Pasar Surat Utang Berpotensi Melemah

Kiwoom Sekuritas Indonesia memperkirakan pasar obligasi akan dibuka melemah dengan potensi terus terkoreksi sepanjang perdagangan hari ini, Jumat (20/7/2018).
Obligasi
Obligasi

Bisnis.com, JAKARTA -- Kiwoom Sekuritas Indonesia memperkirakan pasar obligasi akan dibuka melemah dengan potensi terus terkoreksi sepanjang perdagangan hari ini, Jumat (20/7/2018).

Maximilianus Nico Demus, Direktur Riset dan Investasi Kiwoom Sekuritas Indonesia, mengatakan bahwa dengan tertahannya BI 7D RR kemarin, membuat pasar obligasi dan rupiah melemah. Namun, beberapa rencana kebijakan moneter akan membuat kredibilitas pasar uang akan meningkat, tetapi tentu tidak dalam waktu singkat.

"Pelemahan pasar obligasi ini berpotensi seperti awal bulan lalu, sehingga patut kita saksikan apakah Bank Indonesia akan intervensi ketika obligasi berada dititik krusialnya kembali?" katanya dalam riset harian, Jumat (20/7/2018).

Obligasi FR0063 atau 5 tahun akan menguji support, yang di mana apabila kembali mengalami penurunan akan menjadi penurunan terendah dalam kurun waktu 1 tahun terakhir.

"Obligasi 10 – 20 tahun masih akan mencoba menguji support hari ini. Kami masih merekomendasikan jual hari ini, dengan volume kecil hingga sedang," katanya.

Sementara itu, pada perdagangan kemarin, total transaksi dan frekuensi turun dibandingkan hari sebelumnya di tengah penantian akan hasil dari Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia.

Total transaksi didominasi oleh obligasi berdurasi 7 – 10 tahun, diikuti dengan 3 – 5 tahun dan di bawah 1 tahun, sisanya merata disemua tenor hingga 20 tahun.

Pasar obligasi kemarin terlihat loyo setelah BI 7D RR dinyatakan tidak berubah, yang mendorong harga obligasi untuk mengalami penurunan. Seakan tidak mau kalah dari The Fed, Bank Indonesia juga menyatakan akan bersikap Hawkish.

"Tentu hal ini penting, karena di tengah tekanan akan pelemahan rupiah serta capital outflow, strategi yang diambil Bank Indonesia tentu akan menjadi tolok ukur pergerakan pasar modal Indonesia selanjutnya," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper