Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Shiseido Tertekan, Bursa Jepang Terkoreksi

Bursa saham Jepang tergelincir dari penguatannya sekaligus mencatat koreksi pertama dalam lima sesi pada akhir perdagangan hari ini, Kamis (19/7/2018).
Bursa Jepang/Reuters
Bursa Jepang/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Jepang tergelincir dari penguatannya sekaligus mencatat koreksi pertama dalam lima sesi pada akhir perdagangan hari ini, Kamis (19/7/2018).

Indeks Topix dibuka di zona hijau dengan kenaikan 3,04 poin atau 0,17% pada level 1.754,25 dan berakhir turun 1,62 poin atau 0,09% pada level 1.749,59. Dari 2.081 saham pada indeks Topix, 932 saham di antaranya menguat, 1.076 saham melemah, dan 73 saham stagnan.

Saham Shiseido Co. Ltd. dan KDDI Corp. yang masing-masing turun 4,81% dan 1,68% menjadi penekan utama terhadap koreksi Topix pada perdagangan hari ini. Pada perdagangan Rabu (18/7/2018), Topix berakhir menguat 0,35% atau 6,16 poin di posisi 1.751,21.

Sementara itu, indeks Nikkei 225 berakhir turun 0,13% atau 29,51 poin di level 22.764,68, setelah dibuka dengan penguatan 0,34% atau 77,43 poin di posisi 22.871,62.

Sebanyak 114 saham menguat, 108 saham melemah, dan 3 saham stagnan dari 225 saham pada indeks Nikkei. Saham Fast Retailing Co. Ltd. yang turun 2,25% menjadi penekan utama terhadap koreksi Nikkei pada akhir perdagangan hari ini, diikuti saham Shiseido Co. Ltd. yang turun 4,81%.

Dilansir Bloomberg, saham Shiseido melemah setelah firma jasa finansial Jefferies mengatakan bahwa hambatan yang lebih besar untuk pertumbuhan turis China ke Jepang dapat berarti pertumbuhan penjualan ‘inbound’ yang lebih lambat bagi para produsen barang konsumen.

Sementara itu, nilai tukar yen terpantau melemah 0,02% atau 0,02 poin ke posisi 112,87 per dolar AS pada pukul 14.06 WIB, setelah berakhir menguat tipis 0,03% atau 0,03 poin di posisi 112,85 pada perdagangan Rabu (18/7).

Berdasarkan rilis data Kementerian Keuangan Jepang, nilai ekspor negeri Sakura tumbuh 6,7% pada Juni dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu, sedikit meleset dari proyeksi ekonom sebesar 7%.

Impor Jepang naik 2,5% atau lebih rendah dari proyeksi kenaikan sebesar 5,3%. Adapun neraca perdagangan mencatat surplus sebesar 721,4 miliar yen (US$6,4 miliar), lebih besar dari prediksi untuk surplus sebesar 531,2 miliar yen.

Memudarnya momentum ekspor di Jepang menjadi tanda peringatan untuk negeri tersebut saat perselisihan perdagangan antara Amerika Serikat dan negara besar lainnya berpotensi meningkat menjadi perang dagang berskala besar.

Meskipun ekspor Jepang terus tumbuh, pencapaian pada Juni adalah pertumbuhan single digit bulan kelima berturut-turut sekaligus yang terlemah dalam tiga bulan.

“Data tersebut menciptakan sedikit ‘rasa tak nyaman’ karena terdapat sedikit ganjalan bagi ekonomi Jepang yang bergantung pada ekspor apabila perdagangan global memasuki masa penurunan,” ujar Hiroaki Muto, chief economist di Tokai Tokyo Research Center, dikutip Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper