Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak WTI Turun, Tinggalkan US$71 Per Barel

Harga minyak turun menjauhi level US$71 per barel pada perdagangan siang ini, Senin (16/7/2018), setelah Arab Saudi dikabarkan menawarkan suplai minyak mentah tambahan ke beberapa pelanggan menyusul rencananya untuk meningkatkan produksi.
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak turun menjauhi level US$71 per barel pada perdagangan siang ini, Senin (16/7/2018), setelah Arab Saudi dikabarkan menawarkan suplai minyak mentah tambahan ke beberapa pelanggan menyusul rencananya untuk meningkatkan produksi.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Agustus 2018 melemah 0,82% atau 0,58 poin ke level US$70,43 per barel di New York Mercantile Exchange pada pukul 13.36 WIB.

Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman September 2018 melemah 0,90% atau 0,68 poin ke US$74,65 per barel di ICE Futures Europe Exchange yang berbasis di London.

Padahal, pada perdagangan Jumat (13/7), minyak WTI mampu menguat hampir 1% dan berakhir di US$71,01 per barel.

Mengutip sumber terkait, Bloomberg mengabarkan bahwa Arab Saudi menawarkan tambahan kargo minyak mentah jenis Arab Extra Light kepada setidaknya dua pembeli di Asia untuk bulan Agustus, setelah memasok volume kontrak penuh kepada pelanggan di kawasan tersebut.

Sementara itu, pemerintah Amerika Serikat (AS) dikabarkan mempertimbangkan pelepasan minyak dari Strategic Petroleum Reserve (SPR) sebesar 660 juta barel.

Minyak mentah telah terbebani kekhawatiran bahwa permintaan global akan dirugikan oleh ketegangan perdagangan antara AS dan China, setelah harga mencapai level tertinggi tiga tahun bulan lalu akibat prospek dari krisis pasokan.

Investor mencermati tanda-tanda bahwa anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan mitra-mitranya bergerak untuk mengisi potensi kesenjangan dalam pasokan yang disebabkan sanksi terbaru AS terhadap Iran, penurunan output di Venezuela, dan gangguan sporadis di Libya.

OPEC dan mitranya dapat meningkatkan produksi sebesar lebih dari 1 juta barel per hari yang disepakati berdasarkan kesepakatan bulan lalu jika diperlukan, menurut Menteri Energi Rusia Alexander Novak.

Namun, negara-negara Teluk pada OPEC mungkin perlu memompa hampir sebanyak mungkin minyak untuk menutupi membengkaknya kerugian produksi, seperti dikemukakan International Energy Agency (IEA).

“Ke depannya, kita mungkin melihat anggota-anggota OPEC dengan kemampuan untuk meningkatkan output berupaya merebut lebih banyak pangsa pasar, sedangkan negara-negara lain seperti Iran dan Venezuela mencoba untuk bertahan pada kesepakatan,” kata Ahn Yea Ha, analis komoditas di Kiwoom Securities Co.

“Tidak jelas apakah AS akan benar-benar menggunakan persediaan daruratnya, tetapi setidaknya kita dapat mengatakan bahwa mereka merasakan banyak tekanan dari perdagangan minyak mentah [dengan harga] di atas US$70 per barel,” tambahnya, seperti dikutip Bloomberg.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper