Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Sudah Gelontorkan Rp18,5 Triliun untuk Stabilisasi Rupiah

Bisnis.com, JAKARTA Bank Indonesia mencatat telah mengucurkan dana hingga Rp18,5 triliun dalam rangka intervensi pasar sekunder surat utang pemerintah dari awal tahun hingga hari ini, Selasa (11/7/2018) dalam upaya stabilisasi nilai tukar rupiah.
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia mencatat telah mengucurkan dana hingga Rp18,5 triliun dalam rangka intervensi pasar sekunder surat utang pemerintah dari awal tahun hingga hari ini, Selasa (11/7/2018) dalam upaya stabilisasi nilai tukar rupiah.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah mengatakan, intervensi pada pasar sekunder sekitar Rp18,5 triliun. Adapun untuk pasar primer yang bukan dalam konteks intervensi sekitar Rp42 triliun.

Menurutnya, bank sentral memang memerlukan SBN dalam rangka penggunaan operasi moneter.

"Karena sebagian besar sekarang ini untuk instrumen kontraksi menggunakan repost SUN, sehingga untuk beberapa tenor ke depan kami akan terus gunakan banyak SBN untuk pengelolaan likuiditas dalam operasi moneter," katanya, Selasa (11/7/2018).

Nanang mengemukakan saat ini BI juga memantau inflow dalam 5 hari terakhir sekitar Rp6 triliun sudah masuk belum ditambah hari ini.

Dirinya mengartikan hal ini sebagai indikasi investor-investor sudah melihat gejolak global yang terjadi hanya sementara. Mengingat, yield di Indonesia sudah termasuk atraktif bagi investor dengan kisaran 7,4% saat ini.

BI dalam melakukan pemilihan SBN juga memperhatikan spread antara US Treasury SBN 10 tahun agar tetap menarik.

"Kita yang penting stabilitas, artinya sekarang tekanan ke seluruh negara bukan hanya Indonesia. Kalau pun harus terdepresiasi, depresiasinya secara terukur istilahnya, yang penting bagi masyarakat ada kepastian tak menimbulkan kepanikan," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Achmad Aris
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper