Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Lesu, Rupiah Menguat Bersama Mayoritas Mata Uang di Asia

Rupiah ditutup menguat 45 poin atau 0,31% di level Rp14.330 per dolar AS, setelah dibuka dengan apresiasi 32 poin atau 0,22% di posisi 14.343.
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah mampu berakhir menguat pada perdagangan hari ini, Senin (9/7/2018), sejalan dengan pelemahan indeks dolar AS.

Rupiah ditutup menguat 45 poin atau 0,31% di level Rp14.330 per dolar AS, setelah dibuka dengan apresiasi 32 poin atau 0,22% di posisi 14.343.

Adapun pada perdagangan Jumat (6/7), rupiah berakhir rebound 0,13% atau 19 poin di level 14.375. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak pada level Rp14.323 –Rp14.345 per dolar AS.

Bersama rupiah, mayoritas mata uang di Asia juga menguat sore ini, dipimpin yuan Offshore China yang menguat 0,54%, disusul dolar Taiwan yang terapresiasi 0,46% dan renminbi China yang naik 0,36%.

Sementara itu, pergerakan indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama terpantau melemah 0,16% atau 0,146 poin ke level 93,817 pada pukul 17.01 WIB.

Indeks dolar sebelumnya dibuka menguat hanya 0,002 poin di posisi 93,965, setelah ditutup melemah 0,46% atau 0,432 poin di level 93,963 pada Jumat (6/7).

Seperti dilansir Reuters, indeks telah turun hampir 0,5% pada perdagangan Jumat (6/7) menyentuh level 93,921, terendah sejak 14 Juni, setelah sejumlah data indikator upah AS mengecewakan pasar.

Perekonomian AS berhasil menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan dari yang diharapkan pada bulan Juni, tetapi kenaikan upah tetap menunjukkan tekanan pada inflasi moderat, yang mana menuntun Federal Reserve ke jalur kenaikan suku bunga secara bertahap tahun ini.

Data menunjukkan rata-rata penghasilan per jam di AS naik lima sen, atau 0,2% pada Juni setelah naik 0,3% pada Mei. Hal ini menunjukkan tekanan inflasi moderat yang merusak ekspektasi bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga sebanyak total empat kali pada 2018.

“Upah AS tidak meningkat secara sangat substansial, jadi tidak akan ada kenaikan pesat pada laju penaikan suku bunga acuan jangka panjang,” ujar Yukio Ishizuki, senior currency strategist di Daiwa Securities.

“Jika tingkat suku bunga jangka pankang AS tidak naik, akan ada sedikit dukungan untuk pergerakan dolar terhadap yen,” tambahnya, seperti dikutip Reuters. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper