Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini 5 Fokus Investor Global Sepekan Ke Depan

Mengutip Reuters pada Minggu (8/7/2018), dalam sepekan ke depan pertimbangan pasar akan dipengaruhi oleh dampak perang dagang, pengetatan moneter, reformasi pajak, perkembangan Brexit, dan harga minyak mentah.
Aktivitas masyarakat terlihat di salah satu sudut pusat keuangan dunia, Wall Street di New York, Amerika Serikat/Bisnis-Stefanus Arief Setiaji
Aktivitas masyarakat terlihat di salah satu sudut pusat keuangan dunia, Wall Street di New York, Amerika Serikat/Bisnis-Stefanus Arief Setiaji

Bisnis.com, JAKARTA – Berikut adalah lima tema besar yang akan mendominasi jalan pikiran para investor dan trader dalam sepekan ke depan.

Mengutip Reuters pada Minggu (8/7/2018), dalam sepekan ke depan pertimbangan pasar akan dipengaruhi oleh dampak perang dagang, pengetatan moneter, reformasi pajak, perkembangan Brexit, dan harga minyak mentah.

Seiring dengan pemberlakuan tarif terhadap produk impor China oleh AS, dan ancaman Washington terhadap impor China yang senilai US$500 miliar lainnya, China diperkirakan dapat mengambil langkah-langkah pertahanan.

Menurut teori, di dalam perang dagang dengan AS, China dapat melindungi diri dengan melonggarkan kebijakan mereka.

Selain itu, Negeri Panda juga dapat menggunakan depresiasi yuan sebagai perangkat retaliasi, yaitu dengan membiarkan nilai yuan mencatatkan rekor penurunan terdalamnya pada Juni.

Adapun, arus modal keluar juga menjadi risiko utama bagi China. Data yang dirilis dalam waktu dekat ini akan memberikan gambaran mengenai situasi perekonomian China.

Hingga akhir pekan ini, akan dirilis data yang memperlihatkan gambar terbaru cadangan devisa China; bagan inflasi konsumen dan manufaktur akan dirilis pada 10 Juli 2018 dan data perdaganngan akan dikeluarkan pada  Jumat (13/72018).

Data-data ekonomi tersebut akan memperlihatkan apakah persellisihan dagang telah berhasil memukul ekspor dan impor China pada Juni.

Beralih dari isu perdagangan, Bank Sentral AS (The Federal Reserve) tampak tertekan untuk menaikkan suku bunga acuan. Pasalnya, hal itu dapat mengetatkan kondisi keuangan global dan menggelisahkan para investor terkait ekonomi global.

Sejauh ini, pasar negara berkembang masih kesulitan dengan dampak kenaikan suku bunga. Selain itu, kurva yield obligasi AS pun bergerak semakin mendatar—kurva yield AS yang kurang dari 30 bps dari inversi merupakan sinyal resesi semakin dekat. 

Hal ini akan menjadi acuan di dalam beberapa pidato yang akan disampaikan oleh beberapa bankir bank sentral dunia, seperti Gubernur Bank Sentral Jepang (BOJ) Haruhiko Kuroda, Gubernur Bank Sentral Eropa (ECB) Mario Draghi, Bank Sentral Inggris (BOE) Mark Carney, dan Gubernur Bank Sentral Kanada (BOC) Stephen Poloz. Adapun BOE diperkirakan bakal menaikkan suku bunga pada pekan depan.

Adapun bank sentral di dunia akan bersama-sama mencari upaya untuk mencapai keseimbangan, yaitu dengan memberikan sinyal keluar dari stimulus era-krisis. Namun, hal itu tidak dapat dilakukan dengan terburu-buru karena pertumbuhan dan keyakinan investor dapat melemah.

Selain itu, untuk menghadapi ekspansi ekonomi dan pasar bullish yang terlalu lama, pengetatan The Fed saja diperkirakan sudah cukup.

Dari sisi pemangkasan pajak, kendati perang dagang memberikan sinyal perlambatan pertumbuhan ekonomi, pasar global tetap relatif kuat. Adapun yang menjadi salah satu alasannya adalah kesuksesan dalam pendapatan perusahaan AS.

Ditopang oleh pemangkasan pajak, pertumbuhan pendapatan pada kuartal I/2018 akan berada di level 26,6%. Adapun pertumbuhan pada kuartal II/2018, yang dimulai pekan ini, hanya akan bergerak moderat ke level 20,7%.

Namun, musim ini sudah ditutupi oleh perang dagang dan dampaknya terhadap laba korporasi. Oleh karena itu, analis akan meneliti dengan cermat terkait pernyataan outlook: melihat apakah ada angka yang harus disesuaikan untuk sisa sepanjang 2018.

Saat ini, pertumbuhan pendapatan pada kuartal III/2018 diperkirakan berada di level 23,4%, sementara pertumbuhan pada kuartal IV/2018 di level 20,2%. Jadi, semua pandangan akan tertuju ke laporan Wells Fargo, Citi, dan JPMorgan yang akan dirilis pada Jumat (13/72018).

Gejolak pasar Britania Raya yang kembali menaiki tanjakan juga akan diperhatikan oleh pasar pada pekan depan. Mereka akan mencermati hasil dari diskusi Brexit pada akhir pekan lalu.

Adapun isu seperti pengunduran diri, pemberontakan, dan kudeta telah tersebar jika PM Inggris Theresa May tidak dapat keluar dengan mulus dari UE. Di saat yang sama, raksasa industri Inggris pun telah menyuarakan peringatan untuk eksodus besar-besaran jika mereka kehilangan hubungan dagang dengan UE.

Selain itu, pada Selasa, Inggris juga akan mengeluarkan perkiraan pertumbuhan bulanan untuk pertama kalinya. Langkah ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada para pembuat kebijakan mengenai perekonomian. Data yang akan dirilis bersamaan dengan perkiraan itu adalah data output jasa, industri dan sektor konstruksi, serta bagan perdagangan. 

Dari komoditas, pasar minyak mentah akan semakin volatil dalam beberapa hari ke depan. Adapun harga minyak telah melambung hingga US$80 per baler setelah pemangkasan output oleh Organisasi Negara-negara Ekspor Petroleum (OPEC) dan mitranya.

Meningkatnya harga mintak telah menyapu beberapa manfaat yang dapat diterima perekonomian AS dari pemangkasan pajak Trump. (Reuters/Dwi Nicken Tari)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper