Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Suku Bunga Naik 50 Bps, Investor Cemaskan Kinerja Emiten Perbankan

Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk kembali menaikkan suku bunga kebijakan BI 7 Days Repo Rate (BI 7-DRR) sebesar 50 bps ke level 5,25% disambut beragam oleh pasar. Ada yang menyambut positif, tapi ada yang mencemaskan kinerja emiten perbankan.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan paparan saat konferensi pers Rapat Dewan Gubernur Tambahan di Jakarta, Rabu (30/5/2018)./JIBI-Dwi Prasetya
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan paparan saat konferensi pers Rapat Dewan Gubernur Tambahan di Jakarta, Rabu (30/5/2018)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA—Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk kembali menaikkan suku bunga kebijakan BI 7 Days Repo Rate (BI 7-DRR) sebesar 50 bps ke level 5,25% disambut beragam oleh pasar. Ada yang menyambut positif, tapi ada yang mencemaskan kinerja emiten perbankan.

Jason Nasrial, Senior Vice President Royal Investium Sekuritas, mengatakan bahwa pasar sudah lebih dahulu menyesuaikan diri (priced in) terhadap kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia. Meski begitu, langkah Bank Indonesia ini tetap membuka potensi perbaikan pasar di masa mendatang.

“Harusnya setelah ini rupiah mulai menguat perlahan,” katanya, Jumat (29/6/2018).

Frederik Rasali, Vice President Research Artha Sekuritas, mengatakan bahwa keputusan BI menaikkan BI 7DRR hingga 50 bps cukup mengagetkan pasar.

Dirinya menilai, keputusan ini merupakan upaya BI untuk mengantisipasi potensi ketidakstabilan rupiah di masa mendatang.

Hanya saja, dirinya mengkhawatirkan kenaikan suku bunga ini akan meningkatkan biaya dana perbankan.

“Bila akhirnya kalangan perbankan memutuskan untuk melakukan penyesuaian suku bunga kredit, hal tersebut akan memukul kinerja emiten dan perekonomian,” katanya.

Frederik menilai, BI kemungkinan masih akan terus menaikan suku bunganya bila The Fed terus melanjutkan rencana menaikan suku bunga The Fed tahun ini.

“Kemungkinan BI akan terus menstabilkan itu selama kondisi Indonesia, khususnya target pembangunan, belum tercapai. Itu bisa mengubah fundamental dan target-target kita. Itu yang perlu dicemaskan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper