Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RDG Diprediksi Naikkan Suku Bunga, Pasar Bisa Tenang

Rapa Dewan Gubernur pada Jumat (29//6/2018) besok diperkirakan menghasilkan kenaikan suku bunga acuan yang bertolak pada prospek kenaikan suku bunga The Fed, perang dagang, dan neraca perdagangan kita yang defisit.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA – Rapa Dewan Gubernur pada Jumat (29//6/2018) besok diperkirakan menghasilkan kenaikan suku bunga acuan yang bertolak pada prospek kenaikan suku bunga The Fed, perang dagang, dan neraca perdagangan kita yang defisit.

David Sumual, Ekonom Bank Central Asia, menilai bahwa kenaikan suku bunga BI untuk jangka pendek bisa bermanfaat untuk menenangkan pasar sehingga volatilitas rupiah bisa lebih terjaga.

"Karena kalau rupiah terlalu volatil nanti akan mengganggu perekonomian. Sedangkan, untuk jangka panjang bisa memberikan pengaruh pada pertumbuhan ekonomi," ujarnya dihubungi Bisnis, Kamis (28/6/2018).

Menurut dia, kenaikan suku bunga dinilai bukan menjadi satu-satunya faktor yang menentukan orang untuk melakukan investasi atau tidak, pastinya ada juga faktior lain.

Tahun lalu, lanjutnya, Indonesia terus menaikkan suku bunga, tapi pertumbuhan kreditnya justru turun. Berarti ada faktor lain yang menjadi pegangan pelaku usaha untuk memulai investasi.

“Variabel lain itulah yang harus diidentifikasi, apa yang membuat investor lokal maupun asing tidak tertarik ekspansi di Indonesia. Suku bunga hanya pemanis saja, hanya untuk stabilisasi rupiah, karena kalau tidak stabil perekonomian tidak bisa tumbuh,” kata David.

Perang dagang juga masih memberikan pengaruh yang cukup besar, sejak pekan lalu hingga saat ini, mata uang Emerging Market (EM) terus tertekan karena yuan yang melemah. Bank sentral China bereaksi terhadap ancaman perang dagang dengan melonggarkan presentase GWM (Giro Wajib Minimum).

Rupiah dalam dolar AS saat ini sudah terlampau murah, jadi sewaktu-waktu ada kemungkinan investor akan kembali berbondong-bondong membeli aset yang sudah tergolong murah.

“Kita perlu mencari solusi yang bisa berdampak jangka panjang, intinya bagaimana memperbaiki transaksi berjalan supaya bisa jadi surplus, tidak lagi defisit seperti sekarang.”

Dari sisi perbankan, pelemahan rupiah dikhawatirkan akan mempengaruhi kinerja dari perusahaan. Jika kinerja perusahaan terganggu, akan banyak kreditnya macet, dan terburuknya bank bisa bangkrut.

Secara fundamental domestik, David memproyeksikan seharusnya rupiah bisa bergerak di kisaran Rp13.900-an per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper