Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham LPKR Didera Banyak Tekanan, Ini Komentar Analis

Analis menilai fundamental saham PT Lippo Karawaci Tbk. masih cukup solid untuk jangka panjang, walaupun sahamnya telah merosot hingga ke level terendah dalam lima tahun terakhir.
Siluet pekerja di kawasan Proyek Meikarta, Cikarang, Jawa Barat, Kamis (17/8)./JIBI-Nurul Hidayat
Siluet pekerja di kawasan Proyek Meikarta, Cikarang, Jawa Barat, Kamis (17/8)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — Analis menilai fundamental saham PT Lippo Karawaci Tbk. masih cukup solid untuk jangka panjang, walaupun sahamnya telah merosot hingga ke level terendah dalam lima tahun terakhir.

Saham emiten dengan kode LPKR ini ditutup melemah 4% ke level Rp336 per saham pada perdagangan Kamis (21/6/2018). Pelemahan ini lebih tinggi dibandingkan pelemahan yang terjadi pada seluruh pasar dan sektor sejenis.

Pada hari yang sama, penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai 1,05% ke level 5.822, sedangkan indeks sektor properti dan konstruksi bangunan turun 1,11%.

Kinerja emiten grup Lippo mengalami tekanan lebih besar ditengarai karena faktor berkembangnya isu negatif seputar proyek Meikarta, serta turunnya peringkat LPKR dari B1 menjadi B2 dengan outlook negatif oleh Moody’s pada April 2018.

Kepala Riset Narada Kapital Indonesia Kiswoyo Adi Joe mengatakan bahwa secara fundamental LPKR masih cukup baik. Perusahaan itu merupakan satu-satunya emiten properti yang sejak lama memiliki sumber pendapatan berulang yang terdiversifikasi.

Emiten-emiten lain kebanyakan baru belakangan memiliki sumber recurring income untuk menjaga stabilitas pendapatan ketika tekanan penjualan semakin tinggi. Proyek investasi mereka pun cenderung terfokus pada mal, yang mana akhir-akhir ini mengalami tekanan serius.

Di sisi lain, LPKR memiliki beragam sumber pendapatan berulang, termasuk di antaranya rumah sakit, yang tidak dimiliki emiten properti lainnya. Konglomerasi bisnis Lippo juga memungkinkan berbagai perusahaan dalam grup ini mampu saling mendukung dan terintegrasi, sehingga menjamin daya tahan perusahaan secara umum.

Kiswoyo menilai gejolak yang menerpa LPKR saat ini cenderung bersifat sesaat yang sangat erat terkait dengan kondisi bisnis properti secara umum yang belum pulih. Di sisi lain, proyek Meikarta juga sangat besar dan masih baru, sehingga cukup wajar bila di masa-masa awal akan mengalami gonjangan.

Secara umum, saham emiten-emiten properti juga masih mengalami tekanan, sehingga sulit diharapkan saham LPKR dapat meningkat sendiri di saat yang lain masih melemah.

“Sebenarnya untuk long term simpan 5 tahun atau 10 tahun masih menarik saham LPKR karena memang sektornya sendiri belum bangkit. Puncaknya properti itu mungkin pada 2022, sedangkan mulai bangkitnya mungkin baru pada 2020,” ungkapnya kepada Bisnis, Kamis (21/6).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper