Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham BNBR Merosot Pasca Reverse Stock, Ini Ulasan Analis!

Saham PT Bakrie & Brothers Tbk. (BNBR) merosot tajam setelah merealisasikan reverse stock dengan rasio 10:1 pada akhir Mei 2018.
Karyawan melintas di antara monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (16/3/2018)./ANTARA-Sigid Kurniawan
Karyawan melintas di antara monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (16/3/2018)./ANTARA-Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA--Saham PT Bakrie & Brothers Tbk. (BNBR) merosot tajam setelah merealisasikan reverse stock dengan rasio 10:1 pada akhir Mei 2018.

Pada perdagangan 31 Mei 2018, saham BNBR diperdagangkan dengan nilai nominal baru dari Rp50 menjadi Rp500 per saham. Namun, pada perdagangan hari itu, saham BNBR ditutup turun ke level Rp376 per saham.

Sejak itu, saham BNBR terus tergelincir. Setelah libur Lebaran, saham BNRB kembali turun 34 poin atau 32,69% pada perdagangan Rabu (20/6/2018).

Akibat penurunan tajam saham tersebut, Bursa Efek Indonesia menetapkan suspensi atau penghentian sementara perdagangan saham emiten Grup Bakrie itu. Suspensi diterapkan di pasar reguler dan pasar tunai sejak Kamis (21/6) hingga pengumuman BEI berikutnya.

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menyampaikan, ada sejumlah faktor yang menjadi pertimbangan investor, sehingga membuat saham BNBR turun setelah reverse stock.

Faktor tersebut di antaranya ialah pembukuan rugi bersih sejak 2013, ekuitas yang negatif atau defisiensi modal, dan reputasi Grup Bakrie yang hilang di pasar.

"Sebagai perusahaan holding, BNBR juga terimbas hutang besar dari anak-anak usahanya. Ini butuh waktu panjang untuk membenahi, yang salah satunya dengan restrukturisasi hutang," ujarnya kepada Bisnis.com.

Dalam laporan keuangan per Maret 2018, rugi bersih perseroan mencapai Rp336,71 miliar, naik dari rugi bersih Maret 2017 senilai Rp155,03 miliar. Padahal, pendapatan perusahaan tumbuh menjadi Rp746,39 miliar dari sebelumnya Rp511,98 miliar.

Adapun, total liabilitas menanjak menuju Rp13,23 triliun dari akhir tahun lalu sebesar Rp12,6 triliun. BNBR juga mencatatkan defisiensi modal Rp6,41 triliun, membengkak dari akhir 2017 sejumlah Rp5,99 triliun.

Hans mengungkapkan, pelaku pasar tentunya menunggu realisasi pembenahan BNBR seperti restrukturisasi utang, ekspansi bisnis anak usaha, dan IPO Bakrie Industry. Hal tersebut membutuhkan waktu panjang, sehingga sahamnya belum akan dilirik dalam waktu dekat.

Kendati demikian, menurutnya, manajemen BNBR dan anak usaha akan berupaya meningkatkan kinerja operasional dan struktur keuangan. Pasalnya, BNBR membawa nama besar sebagai holding Grup Bakrie.

Analis Senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengungkapkan, melorotnya saham BNBR setelah reverse stock lebih disebabkan permasalahan persepsi negatif terhadap Grup Bakrie.

"Persepsi negatif terhadap Grup Bakrie masih belum hilang. Jadi tidak terlalu dipantau lagi [oleh pelaku pasar]," ujarnya.

Reza berpendapat, pelaku pasar menginginkan adanya berita positif terkait kinerja dan prospek BNBR ke depan. Hal ini tentunya dapat mengembalikan kepercayaan dari pelaku pasar.

Alfred Nainggolan, Kepala Riset Koneksi Capital, menyampaikan merosotnya saham BNBR setelah reverse stock disebabkan kondisi ekuitas yang masih negatif akibat akumulasi pencatatan rugi bersih. Hal ini kemudian terefleksi kepada penyesuaian harga saham.

"Menurunnya harga saham BNBR memperlihatkan ekspektasi pasar. Saat ini disuspen di harga Rp70, artinya nilai riil sekitar Rp7 per saham. Untungnya ada batas bawah Rp50," tuturnya.

Namun demikian, BNBR terlihat melakukan pembenahan melalui tiga strategi. Pertama, melakukan restrukturisasi utang melalui debt to swap saham untuk meningkatkan ekuitas.

Kedua, ekspansi ke linis bisnis baru, seperti bus listrik, yang dinilai prospektif dalam jangka panjang. Pasalnya, dalam beberapa tahun terakhir, BNBR mencatatkan EBITDA negatif karena kegagalan bisnis inti yang belum memberikan keuntungan.

"Mereka harus memberikan suprise turn offer, menawarkan bisnis baru, tidak hanya bisnis existing, sehingga memberikan harapan bagi pasar," ujarnya.

Ketiga, mendesain agar anak usaha mencari strategi pendanaan secara mandiri agar tidak membebani holding. Salah satunya dengan IPO Bakrie Industry.

Tiga langkah strategi ini diperkirakan dapat memperbaiki kondisi keuangan BNBR. Namun demikian, strategi tersebut membutuhkan waktu yang cukup panjang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Ana Noviani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper