Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengaruh Suku Bunga AS, Harga Emas Dalam Tekanan

Para pengelola keuangan pada Selasa lalu menaikan ramalan harga emas ke level tertingginya selama tujuh pekan. Pada hari berikutnya, Federal Reserve Amerika Serikat membuat kebijakan memberikan sinyal akan menaikkan suku bunga lagi. Emas kemudian kembali merosot karena dolar AS kembali perkasa.

Bisnis.com, JAKARTA — Para pengelola keuangan pada Selasa lalu menaikan ramalan harga emas ke level tertingginya selama tujuh pekan. Pada hari berikutnya, Federal Reserve Amerika Serikat membuat kebijakan memberikan sinyal akan menaikkan suku bunga lagi. Emas kemudian kembali merosot karena dolar AS kembali perkasa.

Emas terus terjebak dalam keputusasaan pada sepanjang tahun ini setelah outlook kenaikan biaya pinjaman meredupkan prospek pada logam mulia yang tak berbunga itu.

Meskipun kenaikkan tensi perdagangan antara AS dan China menjatuhkan ekuitas dan hasil obligasi pada Jumat (15/6/2018), belum cukup untuk mendorong minat investor pada emas sebagai aset setelah harganya anjlok dalam 18 bulan terakhir.

“Kami sangat waspada pada emas hanya karena kami masih melihat penguatan dolar AS dan kenaikan suku bunga The Fed,” ujar Rob Haworth, ahli strategis investasi US Bank Wealth Management yang mengelola dana sebesar US$154 miliar, dikutip dari Bloomberg, Minggu (17/6/2018).

Berdasarkan data Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS, pada pekan yang berakhir 12 Juni, para pengelola dana mendorong posisi jangka panjangnya, atau selisih pada perkiraan kenaikan dan penurunan harga emas, hingga 1% menjadi 64.572 perdagangan berjangka dan opsi.

Perkiraan penurunan jangka penjang merangkak naik 3,9%. Sementara itu, untuk jangka pendek anjlok 4,7% dengan penurunan hingga empat kali berturut, terpanjang sejak September 2017.

Perdagangan berjangka emas Comex untuk pengiriman Agustus tercatat ditutup anjlok 29,80 poin atau 2,28% menjadi US$1.278,50 per troy ounce, penurunan kedua dalam tiga pekan. Adapun, harga emas spot turun 23,31 poin atau 1,79% menjadi US$1.278,94 per troy ounce.

Sejumlah investor utama logam mulia tersebut telah menggunakan exchange-traded funds (ETF), namun ada tanda bahwa mereka akan mulai menyerah. Saham di iShares Gold Trust, ETF berdenominasi emas terbesar kedua, menyusut hingga setengah juta ounce dalam lima pekan terakhir.

Kondisi tersebut jelas berbanding terbalik dari sentimen pada bulan lalu, saat aset dalam dana tersebut naik ke puncaknya, bahkan setelah harga logam mulia tersebut merosot.

Ada pula sinyal yang menunjukkan permintaan fisik untuk komoditas logam tersebut melambat. Impor India pada Mei turun 39% dibandingkan dengan tahun sebelumnya menjadi 77,6 metrik ton. Penurunan tersebut menjadi kemerosotan bulan kelima seiring dengan pembeli emas memasuki musim pelemahan pembelian emas.

Menururt Sprott Inc., perusahaan pengelola dana yang berfokus pada logam mulia, mengatakan bahwa meningkatnya inflasi AS menjadi salah satu alasan untuk terus optimistis pada outlook harga emas. Bullion telah digunakan oleh sejumlah investor sebagai lindung nlai terhadap kenaikan harga.

Berdasarkan laporan Departemen Tenaga Kerja AS, indeks harga konsumen naik 2,8% pada Mei dibandingkan dengan tahun sebelumnya, laju tercepat dalam enam tahun belakangan.

“Perang dagang antara AS dan China yang semakin memanas kemungkinan akan terus mendorong kenaikan inflasi,” ujar Shree Kargutkar, manajer portofolio Sprott, yang mengelola dana sebesar 11 miliar dolar Kanada atau setara dengan US$8,4 miliar.

Untuk emas, pergerakan jangka pendek yang kita lihat saat ini hanyalah reaksi spontan. Yang bisa mendorong harga emas adalah saat persentase inflasi lebih tinggi dari nominal lingkup suku bunga. Ekspektasi inflasi untuk janga panjang diprediksi menguat,” kata Kargutkar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper