Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INSTRUMEN INVESTASI: Kinerja Reksa Dana Pasar Uang Diproyeksi Terkerek

Kinerja reksa dana pasar uang pada tahun ini diprediksi akan melampaui tahun lalu sejalan dengan kebijakan Bank Indonesia (BI) yang menaikkan suku bunga 7 Days Repo Rate sebanyak dua kali sebesar 50 bps.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja reksa dana pasar uang pada tahun ini diprediksi akan melampaui tahun lalu sejalan dengan kebijakan Bank Indonesia (BI) yang menaikkan suku bunga 7 Days Repo Rate sebanyak dua kali sebesar 50 bps.

Infovesta Utama memproyeksikan, kinerja reksa dana jenis ini akan bisa mencapai 5% pada penghujung tahun. Adapun pada tahun lalu, kinerja reksa dana pasar uang menjadi yang terendah yakni hanya sebesar 4,48%.

"Pasar uang tetap positif, apalagi kebanyakan ditempatkan di deposito. Minimal pada tahun ini bisa 4,5% kinerjanya dan sampai 5%," kata Head of Investment Infovesta Utama Wawan Hendrayana kepada Bisnis.com, pekan lalu.

Potensi kenaikan kinerja itu akan terbuka jika bank sentral melakukan kenaikan suku bunga kembali. Namun menurut Wawan, kenaikan suku bunga akan berhenti pada 50 bps karena kenaikan yang terakhir merupakan antisipasi BI terhadap kenaikan suku bunga acuan di AS pada bulan ini.

Direktur PT Sinarmas Asset Management Jamial Salim menambahkan, pelaku pasar memang telah berekspektasi kenaikan suku bunga acuan sehingga kenaikan imbal hasil atau return reksa dana pasar uang sudah diprediksi sejak jauh-jauh hari.

"Kinerja atau return pasar uang sejalan dengan ekspektasi pasar. Karena dengan kebijakan ini rupiah stabil dan perbankan menaikkan suku bunga deposito sehingga berdampak pada reksa dana pasar uang," jelasnya.

Kinerja reksa dana pasar uang dalam beberapa pekan memang cukup menggembirakan. Adapun selama Mei lalu, kinerja reksa dana jenis ini mencapai 0,27%, menjadi yang tertinggi setelah reksa dana saham yang tercatat sebesar 0,55%.

Head Investment Avrist Asset Management Farash Farich berpendapat, ada dua hal yang akan mendorong bank sentral untuk kembali mengubah suku bunga acuan. Yakni inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.

Dengan kata lain, jika kedua hal tersebut dirasa tidak mendukung maka BI ada kemungkinan untuk kembali menaikkan suku bunga. Jika demikian, maka return reksa dana pasar uang bisa kembali terangkat.

"BI juga bilang mereka masih punya amunisi untuk stabilitas rupiah, baik melalui intervensi suku bunga atau subsidi market secara langsung," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Tegar Arief
Editor : Ana Noviani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper