Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Isyarat ECB Bebani Mata Uang Asia, Rupiah Melemah

Pergerakan nilai tukar rupiah berakhir melemah pada perdagangan hari ini, Kamis (7/6/2018), bersama dengan pelemahan mayoritas mata uang Asia.
Ilustrasi/MediumTermNotes.com
Ilustrasi/MediumTermNotes.com

Bisnis.com, JAKARTA — Pergerakan nilai tukar rupiah berakhir melemah pada perdagangan hari ini, Kamis (7/6/2018), bersama dengan pelemahan mayoritas mata uang Asia.

Rupiah ditutup melemah 22 poin atau 0,16% di Rp13.875 per dolar AS, setelah dibuka dengan depresiasi 15 poin atau 0,11% di Rp13.868.

Padahal pada perdagangan Rabu (6/6), mata uang Garuda berhasil meraih kembali momentumnya dengan berakhir rebound 27 poin atau 0,19% di posisi Rp13.853. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak pada level Rp13.860 – Rp13.884 per dolar AS.

Mayoritas mata uang di Asia terpantau juga melemah, dipimpin won Korea Selatan sebesar 0,22% dan rupee India yang terdepresiasi 0,19% pada pukul 17.05 WIB. Di sisi lain, yen Jepang dan dolar Singapura masing-masing menguat 0,23% dan 0,07%.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama terpantau melemah 0,31% atau 0,290 poin ke level 93,324 pada pukul 16.55 WIB.

Indeks dolar dibuka turun 0,041 poin atau 0,04% di level 93,573 pagi tadi, setelah berakhir melemah 0,28% atau 0,262 poin di posisi 93,614 pada perdagangan Rabu (6/6).

Dilansir dari Bloomberg, mayoritas mata uang kawasan Asia melemah akibat tanda-tanda bahwa Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) bergerak lebih dekat menuju akhir program pelonggaran kuantitatif.

Kepala Ekonom European Central Bank (ECB) Peter Praet menyatakan bahwa pertemuan kebijakan yang berlangsung pekan depan akan menjadi sangat penting untuk mencapai keputusan mengenai waktu untuk mengakhiri program pembelian obligasi.

Obligasi pemerintah Eropa dan obligasi AS turun menyusul kabar tersebut, sedangkan imbal hasil meningkat.

Dilansir dari Reuters, imbal hasil obligasi Jerman naik melampaui 0,50% untuk pertama kalinya dalam dua pekan. Adapun imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun bergerak sedikit moderat setelah mencapai level tertingginya dalam 1,5 pekan yakni 2,985% pada perdagangan Rabu (6/6).

“Langkah pengurangan oleh ECB hanya masalah waktu dan menambahkan sedikit lebih tekanan terhadap suku bunga emerging market di Asia,” kata Eugene Leow, pakar strategi pendapatan tetap di DBS Bank di Singapura, seperti dikutip Bloomberg.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper